Upacara
Suddhi Wadani adalah upacara dalam agama Hindu yang di cetuskan secara
syah dalam Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-Aspek agama
Hindu yang di selenggarakan tanggal 18 sampai dengan 20 Februari 1981 di
Denpasar Bali, dengan maksud memberi pengesahan status seseorang yang
sebelumnya bukan penganut Agama Hindu.
Sudhi
wadani berasal dari kata sudhi dan wadani. Sudhi dari bahasa Sansekerta
(f), yang berarti penyucian, persembahan, upacara
pembersihan/penyucian. Kata yang sepadan dengan sudhi adalah suddha,
yang berarti bersih, suci, cerah, putih tanpa cacat atau cela.
Wadani berarti banyak perkataan, banyak pembicaraan. Adapun bentuk-bentuknya seperti :
1. Wadana yang dapat berarti muka, mulut, prilaku/cara berbicara.
2. Wadanya yang berarti fasih berbicara, ramah, banyak bicara.
Dengan
memperhatikan arti kata suddhi dan wadani tadi, maka suddhi wadani
dapat di artikan dengan kata-kata penyucian. Secara singkat dapat di
katakan bahwa upacara sudhi wadani adalah upacara dalam Hindu sebagai
pengukuhan atau pengesahan ucapan atau janji seseorang yang secara tulus
ikhlas dan hati suci menyatakan menganut agama hindu.
Dalam
pengukuhan ini yang menjadi saksi utama adalah Sang Hyang widhi
(Tuhan), yang bersangkutan sendiridan Pimpinan Parisadha Hindu Dharma
Indonesia atau yang di tunjuk untuk mewakili acara di maksud.
Kedudukan Upacara Sudhi Wadani Dalam Hukum Hindu.
Upacara
Suddhi Wadani memiliki dasar hukum yang kuat dalam hukum Hindu yaitu
berlandaskan azas Atmanastuti sebagai salah satu sumber Dharma, demikian
juga dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 khususnya pada pasal 2 ayat
1, dimana upacara Suddhi Wadani memberikan status hukum bagi perkawinan
antara pasangan yang sebelumnya masih berbeda keyakinan, karena
Undang-undang tersebut menggantungkan syahnya suatu perkawinan kepada
hukum agama dan kepercayaan masing-masing penganutnya.
Di
dalam Weda di nyatakan bahwa, mula-mula setelah Tuhan menciptakan alam
semesta ini, kemudian oleh Beliau di ciptakan hukumnya yang mengatur
hubungan antar partikel yang di ciptakan-Nya. Sekali Beliau tentukan
hukumnya untuk selanjutnya demikianlah jalannya hukum itu untuk
selama-lamanya.
Dalam ilmu social, konsepsi hukum itu kemudian berkembang dalam dua
istilah yaitu; hukum alam dan hukum bangsa. Hukum alam disebut Rta,
sedangkan hukum bangsa disebut Dharma yang bentuknya berbeda-beda
menurut adat setempat, karena itu istilah Dharma sebagai hukum tidak
sama bentuknya di semua tempat, melainkan di hubungkan dengan
kebiasaan-kebiasaan setempat. Rta di pandang sebagai landasan Idiil,
sedangkan Dharma adalah bentuk hukum yang ingin di terapkan dalam
pengaturan masyarakat di dunia.
Dharma sebagai istilah hukum mencakup dua pengertian yaitu
1. Berarti Norma
2. Berarti keharusan yang kalau tidak di taati akan mendapatkan sanksi.
Karena
itulah Dharma dalam artian Hukum, paling banyak di pergunakan yang
bertujuan untuk mengatur lembaga antar manusia didalam menciptakan
kesejahteraan duniawi dan kebahagiaan rohani.
Tata Cara Sudhi Wadani
A. Persyaratan Administrasi
Bagi
seseorang yang akan melaksanakan upacara Sudhi Wadani, baik yang di
lakukan oleh perorangan maupun kolektip (massal) diwajibkan terlebih
dahulu memenuhi persyaratan administrasi, diantaranya :
1. Membuat surat pernyataan dengan tulus ikhlas untuk menganut agama Hindu, tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak lain.
2. Membuat surat permohonan kepada Parisadha Hindu dharma Indonesia setempat atau lembaga adat untuk pensuddhian.
3. Pas photo hitam putih ukuran 3x4cm sebanyak 2 lembar foto copy Kartu Tanda Penduduk.
4. Adanya
saksi-saksi dalam pelaksanaan upacara Suddhi Wadani. Perlu diketahui
dalam pelaksanaan upacara Suddhi Wadani tidak di tentukan batas umur
bagi calon yang akan disudhikan karena upacara ini bersifat sebagai
penyucian lahir bathin seseorang dan sebelum diatur persyaratan
administrasi seperti tersebut tadi yang mana pelaksanaannya hanya dengan
upakara dan disaksikan oleh masyarakat lingkungan.
B. Sarana upacara
Sarana Upacara selalu ditunjang dengan sarana Upakara yang sudah lazim terdiri dari :
1. Berwujud dedaunan, seperti : daun kelapa, daun enau, daun pisang, daun sirih, dan sebagainya.
2. Berwujud buah-buahan, seperti : buah kelapa, beras/padi, pinang, kacang-kacangan dan lain lain.
3. Berwujud bunga-bungaan atau kembang.
4. Berwujud air.
C. Pelaksanaan Upacara :
1. Yang
bersangkutan (orang yang akan disudhiwadani) mengajukan permohonan
pensudhian kepada PHDI setempat dengan melampirkan surat pernyataan
masuk agama Hindu dan Paspoto.
2. Pihak
Parisada sebagai penanggung jawab pelaksanaan upacara Sudhi wadani
nenunjuk salah seorang rohaniawan untuk memimpin upacara, mempersiapkan
upakara dan tempat pelaksanaan upacara.
3. Setelah
ditentukan pemimpin upacara, Upakara, tempat upacara, Parisada
memanggil calon yang akan disudhikan, biasanya di Pura atau tempat suci
lainnya yang dipandang cocok.
4. Pemimpian
upacara terlebih dulu mengantarkan upakara dengan puja mantra kehadapan
Hyang Widhi beserta manifestasinya yang dipusatkan di Padmasana.
5. Calon
yang disudhiwadani diharapkan sudah siap lahir batin dengan berpakaian
bersih dan rapi serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada Hyang Widhi
sebagai saksi agung.
6. Upacara Byakala sebelum memasuki halaman tempat suci dengan doa :
“Om kaki bhuta penampik lara, kaki bhuta penampik klesa, ngunduraken bhaya kalaning manusaning hulun.
Om ksama sampurna ya nama”.
7. Setelah
melaksanakan upacara Byakala, orang yang disuddhikan diantar masuk
kedalam tempat suci, kemudian dilakukan upacara prayascita. Upacara ini
bertujuan yang bersangkutan dapat dibersihkan dan disucikan dari kotoran
sehingga Atma yang bersemayam dalam diri pribadinya dapat memancarkan
sinarnya.
Doanya :
“ Om Sri Guru Saraswati, sarwa roga, sarwa papa, sarwa klesa, sarwa kali, kuluwasa ya namah swaha “.
8. Upacara selanjutnya adalah persembahan upakara berupa Tataban atau ayaban sebagai pernyataan terima kasih kehadapan Hyang Widhi.
Doanya :
“ Om Bhuktyantu sarwa dewa bhuktyantu tri
Loka natham sageneh sapariwarah, sarwagah, sadhasidasah “.
9. Setelah
selesai menghaturkan upakara, pemimpin upacara membacakan pernyataan
yang sudah di tulis oleh yang melakukan Suddhi Wadani, kemudian
ditirukan dengan seksama. Adapun bunyi surat pernyataan yang ditulis
pada blangko surat pernyataan oleh calon Suddhi Wadani adalah sebagai
berikut :
a. Om tat Sat Ekam eva adwityam Brahman
Sang hyang widhi wasa hanya satu tidak ada duanya.
b. Satyam eva jayate
Hanya kebenaran yang jaya ( menang )
c. Dengan melaksanakan ajaran agama Hindu kebahagiaan pasti akan tercapai.
Kemudian selesai
mengucapkan pernyataan tersebut, yang disuddhikan disuruh menepati
pernyataannya itu dengan mengucapkan janji sebagai berikut :
a. Bahwa saya akan tunduk serta taat pada hukum Hindu.
b. Bahwa
saya tetap akan berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran serta batin
untuk dapat memenuhi kewajiban saya sebagai umat hindu.
Kemudian di lanjutkan
dengan penandatanganan Surat Keterangan Sudhi Wadani, baik oleh yang
bersangkutan maupun oleh para saksi-saksi.
10. Setelah
penandatanganan selesai dilanjutkan dengan persembahyangan bersama yang
dipimpin oleh pemimpin upacara guna memohon persaksian dan restu dari
Hyang Widhi.
Adapun rangkaian persembahyangannya sebagai berikut :
a. Menyembah
tanpa sarana ( tangan kosong ) yaitu tangan dicakupkan, diangkat
setinggi dahi sehingga ujung jari sejajar ubun-ubun. Doanya : om atma
tattwatma sadhanam swaha.
Artinya :
Hyang widhi yang merupaakn atma tattwa, sucikanlah hamba.
b. Menyembah dengan bunga/kembang.
Tangan menjepit bunga,
ujung jari sejajar ubun-ubun ditujukan kehadapan Siwa Raditya,
manifestasi Hyang widhi sebagai Dewa Surya untuk menyaksikan semua
persembahan manusia.
Doanya :
Om adiyasya paramjyoti, raktateja namo stute
Sweta pankaja madhyasta bhaskara ya namo stute,
Om pranamya bhaskara dewam, sarwa klesa winasanam,
Pranamyaditya ciwartam bhukti mukhti warapradham,
Om rang ring sah parama ciwaditya namo namah swaha.
Artinya :
Hyang widhi hamba
sembah Engkau dalam manifestasi sebagai sinar surya yang merah
cemerlang, berkilauan cahaya-Mu, Engkau putih suci
bersemayamditengah-tengah laksana teratai, Engkaulah Bhaskara yang hamba
puja selalu.
Hyang widhi, cahaya sumber segala sinar binasa.
Karena Dikau adalah
sumber bhukti dan mhukti, kesejahteraan hidup jasmani dan rohani. Hamba
memuja-Mu, Hyang widhi paramaciwaditya.
c. Menyembah dengan Kwangen.
tangan menjepit
Kwangen, ujung jari sejajar ubun-ubun sehingga permukaan kwangen berada
lebih tinggi dari ubun-ubun. Pemujaan dengan kwangen ini ditujukan
kehadapan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Ardanareswari.
Doanya :
Om, namah dewa adhistanaya, sarwa wyapiwai ciwaya,
Padmasana eka pratisthaya ardhanarecwaryainamo namah.
Artinya :
Hyang Widhi hamba
memujuamu sebagai sumber sinar yang hamba muliakan, hamba memuja dikau
sebagai Siwa penguasa semu makhluk, bertahta pada Padmasana sebagai
satu-satunya penegak. Engkaulah satu-satunya wujud tunggal Ardanareswari
yang hamba hormati.
d. Menyembah dengan Kwangen.
Tangan menjepit kwangen, ujung jari sejajar ubun-ubun ditujukan kehadapan Hyang Widhi guna memohon anugrah.
Doanya :
Om Anugraha manohara dewadatta nugrahaka
Arcanam sarwapujanam,
namahsarwanugrahaka. Dewa-dewi mahasiddhi, yajnakita mulat idham,
laksmisidhisca dhirgayuh, nirwignam sukha wrdhisca. Om ghring anugraha
arcane ya namo namah swaha, om ghring anugraha manoharaya namo namah
swaha.
Artinya :
Hyang widhi,
limpahkanlah anugerah-Mu yang menggembirakan pada hamba, Hyang widhi
maha pemurah yang melimpahkan segala kebahagiaan, yang dicita-citakan
serta dipuji-puji dengan segala pujian. Hamba puja Engkau yang
melimpahkan segala macam anugrah, sumber kesiddhian semua dewata yang
semua berasal dari yajna kasih saying-Mu.
Limpahkanlah
kemakmuran, kesiddhian, umur panjang serta keselamatan. Hamba puja dikau
untuk dianugrahi kebaktian dan kebahagiaan.
e. Menyembah tanpa sarana.
Tangan dicakupkan
diangkat sejajar dahi, sehingga ujung jari sejajar ubun-ubun. Tujuan
menyembah terakhir ini untuk mengucapkan terima kasih atas anugrah yang
dilimpahkan.
Doanya :
Om dewa suksma parama-achintya nama swaha
Om santih santih santih Om
Artinya :
Hyang widhi, hamba
memuja-Mu dalam wujud suci yang gaib serta wujud maha agung tak dapat
dipikirkan. Semoga semuanya damai dihati, damai didunia, damai selalu.
Dengan demikianlah
berakhirlah rangkaian persembahyangan yang kemudian disusul dengan
memohon tirtha ( air suci ) yang dipercikan, diminum, dan diraup.
Doanya :
Om pratama sudha, dwitya sudha, tritya sudha, sadham wari astu.
Artinya :
Pertama suci, kedua suci, semoga disucikan dengan air ini.
11. Sebagai
rangkaian terakhir dari pelaksanaan upacara Suddhi Wadani adalah Dharma
Wacana yang diberikan oleh Parisaddha Hindu Dharma atau yang mewakili.
Tujuan dharma wacana ini diberikan adalah untuk memberikan bekal dan
tuntunan kepada umat hindu yang baru mulai menganut agama Hindu sehingga
mereka mengetahui isi ajaran agama Hindu. Upacara ditutup dengan
memberikan ucapan selamat oleh yang ikut menyaksikan berlangsungnya
upacara pensudhian. Selanjutnya diakhiri dengan Parama santhi.
0 komentar:
Posting Komentar