EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKorean ArabicChinese Simplified
Choose Your Language

Minggu, 28 Oktober 2012

PADMASANA 'Danghyang Nirartha'

 Menurut Lontar “Dwijendra Tattwa”, pelinggih berbentuk Padmasana dikembangkan oleh Danghyang Dwijendra, atau nama (bhiseka) lain beliau: Mpu Nirartha atau Danghyang Nirartha.
Berdasarkan wahyu yang diterima beliau di pantai Purancak (Jembrana) ketika pertama kali menginjakkan kaki di Bali setelah menyeberang dari Jawa Timur di abad ke-14, penduduk Bali perlu dianjurkan membangun pelinggih Padmasana.
Sebelum kedatangan beliau, agama Hindu di Bali telah berkembang dengan baik di mana penduduk memuja Hyang Widhi terbatas dalam kedudukan-Nya secara horizontal.Ajaran itu diterima dari para Maha Rsi yang datang ke Bali sejak abad ke-8, seperti Rsi Markandeya, Mpu Kuturan, Danghyang Siddimantra, Danghyang Manik Angkeran, Mpu Jiwaya, Mpu Gnijaya, Mpu Sumeru, Mpu Ghana, dan Mpu Bharadah.
Bentuk-bentuk pelinggih sebagai simbol/niyasa ketika itu hanya: meru tumpang tiga, Kemulan rong tiga, bebaturan, dan gedong.
Wahyu yang diterima oleh Danghyang Nirartha untuk menganjurkan penduduk Bali menambah bentuk palinggih berupa Padmasana menyempurnakan simbol/niyasa yang mewujudkan Hyang Widhi secara lengkap, baik ditinjau dari konsep horizontal maupun vertikal.
Pemujaan Sanghyang Widhi Wasa sebagai Bhatara Siwa berkembang di Bali sejak abad ke-9. Simbol pemujaan yang digunakan adalah Lingga-Yoni. Keadaan ini berlanjut sampai abad ke-13 pada zaman Dinasti Warmadewa.
Sejak abad ke-14 pada rezim Dalem Waturenggong (Dinasti Kresna Kepakisan), penggunaan Lingga-Yoni tidak lagi populer, karena pengaruh ajaran Tantri, Bhairawa, dan Dewa-Raja. Lingga-Yoni diganti dengan patung Dewa yang dipuja sehingga cara ini disebut Murti-Puja.Ketika Danghyang Niratha datang di Bali pada pertengahan abad ke-14 beliau melihat bahwa cara Murti-Puja diandaikan seperti bunga teratai (Padma) tanpa sari.
Maksudnya niyasa pemujaan yang telah ada seperti Meru dan Gedong hanyalah untuk Dewa-Dewa sebagai manifestasi Sanghyang Widhi namun belum ada sebuah niyasa untuk memuja Sanghyang Widhi sebagai Yang Maha Esa, yakni Siwa.
Inilah yang digambarkan sebagai padma tanpa sari. Danghyang Niratha setelah menjadi Bhagawanta (Pendeta Kerajaan) mengajarkan kepada rakyat Bali untuk membangun Padmasana sebagai niyasa Siwa, di samping tetap mengadakan niyasa dengan sistem Murti-Puja.

Berdasarkan lokasi (menurut pengider- ider) terbagi menjadi 9 jenis berdasarkan lontar Wariga Catur Wisana sari

Nama
Bertempat di
Menghadap ke
Padmakencana
timur
barat
Padmasana
selatan
utara
Padmasana Sari
barat
timur
Padmasana Lingga
utara
selatan
Padma Asta Sedana
tenggara
barat laut
Padmanoja
barat daya
timur laut
Padmakaro
barat laut
tenggara
Padmasaji
timur laut
barat daya
Padmakurung
tengah- tengah beruang tiga
lawangan

Desa Panglipuran Bangli

   Desa Penglipuran terletak di Kabupaten Bangli, tidak jauh dari Kintamani dan berjarak 45km dari Denpasar. Udara di kawasan ini sejuk karena desa ini terletak 700 meter di atas permukaan laut. Nama desa ini sendiri berasal dari kata “Pengeling Pura” yang berarti tempat suci mengenang para leluhur. Desa adat yang juga menjadi objek wisata ini sangat mudah dilalui. Karena letaknya yang berada di Jalan Utama Kintamani – Bangli.Desa yang pernah mendapat penghargaan Kalpataru ini tampak begitu asri. Keistimewaan desa ini adalah memiliki tatanan struktur desa tradisional yang teratur dengan banyak ruang terbuka dan taman-taman yang indah sehingga membuat pengunjung merasakan nuansa Bali seperti dahulu kala. 
          
Keunggulan dari desa adat penglipuran ini dibandingkan dengan desa-desa lainnya di Bali adalah, Bagian depan rumah serupa dan seragam dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Desa tersusun sedemikian rapinya yang mana daerah utamanya terletak lebih tinggi dan semakin menurun sampai kedaerah hilir. Selain bentuk depan yang sama, adanya juga keseragaman bentuk dari bahan untuk membuat rumah tersebut. Seperti bahan tanah untuk tembok dan untuk bagian atap terbuat dari penyengker dan bambu untuk bangunan diseluruh desa.
Kawasan ini telah didaulat menjadi desa adat Bali sejak tahun 1992. Hal itu berangkat dari penampilan fisik desa dan budayanya yang tidak berubah, meskipun telah tersentuh teknologi.Akan tetapi, jangan bayangkan penghuninya adalah sekumpulan orang-orang primitif. Anak-anak muda desa hampir semuanya mengenyam pendidikan tinggi hingga kuliah. Namun mereka tetap bangga bisa melestarikan adat dan budayanya. Selain anak-anak muda yang kuliah dan sekolah, sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencaharian bertani serta berternak. Sisanya adalah pedagang, pegawai dan pengrajin. Mereka hidup dalam gotong royong dengan banyak aturan unik yang disebut ”awig-awig”.
Miniature Desa Panglipuran.
Hal unik lainnya adalah adanya makam desa. Sebuah areal yang terdiri dari 3 bagian tanpa nisan dan rata dengan tanah. Bagian pertama diperuntukan bagi jasad anak-anak yang berusia 12 tahun atau kurang. Di sisi lainnya untuk yang meninggal dengan normal (sakit). Dan bagian untuk almarhum yang meninggal dengan tidak wajar, seperti dibunuh atau kecelakaan. Upacara Ngaben diadakan hanya untuk mengantarkan roh orang meninggal kepada Sang Pencipta.

Asta Kosala Kosali



Asta Kosala Kosali merupakan Fengshui-nya Bali, adalah sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya.

Menurut Ida Pandita Dukuh Samyaga, perkembangan arsitektur bangunan Bali, tak lepas dari peran beberapa tokoh sejarah Bali Aga berikut zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan yang hidup pada abad ke 11, atau zaman pemerintahan Raja Anak Wungsu di Bali banyak mewarisi landasan pembanguna arsitektur Bali. 

Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14, juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur. 

Penjelasan dikatakan oleh Ida Pandita Dukuh Samyaga. Lebih jauh dikemukakan, Bhagawan Wiswakarma sebagai Dewa Arsitektur, sebetulnya merupakan tokoh dalam cerita Mahabharata yang dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerjaan barunya. Dalam kisah tersebut, hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut menjadi sebuah kerajaan untuk Krisna. Kemudian secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap sebagai dewa arsitektur. Karenanya, tiap bangunan di bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan Wiswakarma. Upacara demikian dilakukan mulai dari pemilihan lokasi, membuat dasar bagunan sampai bangunan selesai. Hal ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi penghuninya. Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, bangunan memiliki jiwa bhuana agung (alam makrokosmos) sedangkan manusia yang menepati bangunan adalah bagian dari buana alit (mikrokosmos).Antara manusia (mikrokosmos) dan bangunan yang ditempati harus harmonis, agar bisa mendapatkan keseimbangan anatara kedua alam tersebut.Karena itu,mebuat bagunan harus sesuai dengan tatacara yang ditulis dalam sastra Asta Bhumi dan Atas Kosala-kosali sebagai fengsui Hindu Bali.




Asta Kosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. penataan Bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang empunya rumah. Mereka tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti: 

-- Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas), 

-- Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung 
    jari tengah yang terbuka) 

-- Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan) 

Jadi nanti besar rumahnya akan ideal sekali dengan yang empunya rumah. 
Di atas telah dijelaskan mengenai Buana Agung (makrokosmos) dan Buana Alit (Mikrokosmos). Nah, kosmologi Bali itu bisa digambarkan secara hirarki atau berurutan seperti : 

1. Bhur alam semesta, tempat bersemayamnya para dewa. 
2. Bwah, alam manusia dan kehidupan keseharian yang penuh dengan godaan duniawi, yang berhubungan 
    dengan materialisme 
3. Swah, alam nista yang menjadi simbolis keberadaan setan dan nafsu yang selalu menggoda manusia untuk 
    berbuat menyimpang dari dharma. 

Selain itu juga Konsep ini berpegang juga kepada mata angin, 9 mata angin(Nawa Sanga). Setiap bangunan itu memiliki tempat sendiri. seperti misalnya: 

  •  Dapur, karena berhubungan dengan Api maka Dapur ditempatkan di Selatan, 
  • Tempat Sembahyang karena berhubungan dengan menyembah akan di tempatkan di Timur tempat matahari Terbit. 
  • Karena Sumur menjadi sumber Air maka ditempatkan di Utara dimana Gunung berada begitu seterusnya. 
Selain itu sosial status juga menjadi pedoman. jadi rumah di bali itu ada yang disebut Puri juga atau Jeroan, biasanya dibangun oleh warna / wangsa Kesatria. tapi karena sekarang banyak yang sudah kaya diBali, jadi siapapun boleh membuat yang seperti ini. Namun mungkin nanti bedanya di Tempat Persembahyangan di Dalamnya saja. 

Warna itu merupakan sistem hirarki, di Bali Hirarkial itu juga berpengaruh terhadap tata ruang bangunan rumahnya. Dalam pembuatan rumahnya rumah akan dibagi menjadi: 

  • jaba untuk bagian paling luar bangunan 
  • jaba jero untuk mendifinisikan bagian ruang antara luar dan dalam, atau ruang tengah

jero untuk mendiskripsikan ruang bagian paling dalam dari sebuah pola ruang yang dianggap sebagai ruang paling suci atau paling privacy bagi rumah tinggal

Di konsep ini juga disebutkan tentang teknik konstruksi dan materialnya. ada namanya Tri Angga, yang terdiri dari:
  •  Nista menggambarkan hirarki paling bawah dari sebuah bangunan, diwujudkan dengan pondasi rumah atau bawah rumah sebagai penyangga rumah. bahannya pun biasanya terbuat dari Batu bata atau Batu gunung. 
  • Madya adalah bagian tengah bangunan yang diwujudkan dalam bangunan dinding, jendela dan pintu. Madya mengambarkan strata manusia atau alam manusia 
  • Utama adalah symbol dari bangunan bagian atas yang diwujudkan dalam bentuk atap yang diyakini juga sebagai tempat paling suci dalam rumah sehingga juga digambarkan tempat tinggal dewa atau leluhur mereka yang sudah meninggal. Pada bagian atap ini bahan yang digunakan pada arsitektur tradisional adalah atap ijuk dan alang-alang.



berikut bagian-bagian dari rumah Bali:
  1. Pamerajan adalah tempat upacara yang dipakai untuk keluarga. Dan pada perkampungan tradisional biasanya setiap keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang 
  2. Umah Meten yaitu ruang yang biasanya dipakai tidur kapala keluarga sehingga posisinya harus cukup terhormat 
  3. Bale Sakepat, bale ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anakanak atau anggota keluarga lain yang masih junior. 
  4. Bale tiang sanga biasanya digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu 
  5. Bale Dangin biasanya dipakai untuk duduk-duduk membuat bendabenda seni atau merajut pakaian bagi anak dan suaminya. 
  6. Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun lainnya. 
  7. Paon (Dapur) yaitu tempat memasak bagi keluarga. 
  8. Aling-aling adalah bagian entrance yang berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam. 
  9. Angkul-angkul yaitu entrance yang berfungsi seperti candi bentar pada pura yaitu sebagai gapura jalan masuk. 
Arsitektur bali atau yang buat rumah dibali disebut juga Undagi. Begitulah tradisi pembuatan rumah di Bali.

Landasan filosofis ASTA KOSALA KOSALI

  • Hubungan Bhuwana Alit dengan Bhuwana Agung. Pembangunan perumahan adalah berlandaskan filosofis bhuwana alit bhuwana agung. Bhuwana Alit yang berasal dari Panca Maha Bhuta adalah badan manusia itu sendiri dihidupkan oleh jiwatman. Segala sesuatu dalam Bhuwana Alit ada kesamaan dengan Bhuwana Agung yang dijiwai oleh Hyang Widhi. Kemanunggalan antara Bhuwana Agung dengan Bhuwana Alit merupakan landasan filosofis pembangunan perumahan umat Hindu yang sekaligus juga menjadi tujuan hidup manusia di dunia ini. 
  • Unsur- unsur pembentuk. Unsur pembentuk membangun perumahan adalah dilandasi oleh Tri Hit a Karana dan pengider- ideran (Dewata Nawasanga). Tri Hita Karana yaitu unsur Tuhan/ jiwa adalah Parhyangan/ Pemerajan. Unsur Pawongan adalah manusianya dan Palemahan adalah unsur alam/ tanah. Sedangkan Dewata Nawasanga (Pangider- ideran) adalah sembilan kekuatan Tuhan yaitu para Dewa yang menjaga semua penjuru mata angin demi keseimbangan alam semesta ini. 

Landasan Etis

  • Tata nilai dari bangunan adalah berlandaskan etis dengan menempatkan bangunan pemujaan ada di arah hulu dan bangunan- bangunan lainnya ditempatkan ke arah teben (hilir). Untuk lebih pastinya pengaturan tata nilai diberikanlah petunjuk yaitu Tri Angga adalah Utama Angga, Madya Angga dan Kanista Angga dan Tri Mandala yaitu Utama, Madya dan Kanista Mandala. 
  • Pembinaan hubungan dengan lingkungan. Dalam membina hubungan baik dengan lingkungan didasari ajaran Tat Twam Asi yang perwujudannya berbentuk Tri Kaya Parisudha 

Landasan Ritual

Dalam mendirikan perumahan hendaknya selalu dilandaskan dengan upacara dan upakara agama yang mengandung makna mohon ijin, memastikan status tanah serta menyucikan, menjiwai, memohon perlindungan Ida Sang Hyang Widhi sehingga terjadilah keseimbangan antara kehidupan lahir dan batin.

Konsepsi perwujudan

Konsepsi perwujudan perumahan umat Hindu merupakan perwujudan landasan dan tata ruang, tata letak dan tata bangunan yang dapat dibagi dalam :

  1. Keseimbangan Alam: Wujud perumahan umat Hindu menunjukkan bentuk keseimbangan antara alam Dewa, alam manusia dan alam Bhuta (lingkungan) yang diwujudkan dalam satu perumahan terdapat tempat pemujaan tempat tinggal dan pekarangan dengan penunggun karangnya yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana. 
  2. Rwa Bhineda, Hulu Teben, Purusa Pradhana. Rwa Bhineda diwujudkan dalam bentuk hulu teben (hilir). Yang dimaksud dengan hulu adalah arah/ terbit matahari, arah gunung dan arah jalan raya (margi agung) atau kombinasi dari padanya. Perwujudan purusa pradana adalah dalam bentuk penyediaan natar. sebagai ruang yang merupakan pertemuan antara Akasa dan Pertiwi. 
  3. Tri Angga dan Tri Mandala. Pekarangan Rumah Umat Hindu secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian (Tri Mandala) yaitu Utama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai utama (seperti tempat pemujaan). Madhyama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai madya (tempat tinggal penghuni) dan Kanista Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai kanista (misalnya: kandang). Secara vertikal masing- masing bangunan dibagi menjadi 3 bagian (Tri Angga) yaitu Utama Angga adalah atap, Madhyama angga adalah badan bangunan yang terdiri dari tiang dan dinding, serta Kanista Angga adalah batur (pondasi). 
  4. Harmonisasi dengan potensi lingkungan. Harmonisasi dengan lingkungan diwujudkan dengan memanfaatkan potensi setempat seperti bahan bangunan dan prinsip- prinsip bangunan Hindu. 

Pemilihan Tanah Pekarangan.

Tanah yang dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur atau miring ke utara, pelemahan datar (asah), pelemahan inang, pelemahan marubu lalah(berbau pedas).
Tanah yang patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah :

1. karang karubuhan (tumbak rurung/ jalan),

2. karang sandang lawe (pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan),

3. karang sulanyapi (karang yang dilingkari oleh lorong (jalan)

4. karang buta kabanda (karang yang diapit lorong/ jalan),

5. karang teledu nginyah (karang tumbak tukad),

6. karang gerah (karang di hulu Kahyangan),

7. karang tenget,

8. karang buta salah wetu,

9. karang boros wong (dua pintu masuk berdampingan sama tinggi),

10. karang suduk angga, karang manyeleking dan yang paling buruk adalah

11. tanah yang berwarna hitam- legam, berbau “bengualid” (busuk)


Tanah- tanah yang tidak baik (ala) tersebut di atas, dapat difungsikan sebagai lokasi membangun perumahan jikalau disertai dengan upacara/ upakara agama yang ditentukan, serta dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan upacara/ upakara pamarisuda.

Perumahan Dengan Pekarangan Sempit, bertingkat dan Rumah Susun.

Pekarangan Sempit.
Dengan sempitnya pekarangan, penataan pekarangan sesuai dengan ketentuan Asta Bumi sulit dilakukan. Untuk itu jiwa konsepsi Tri Mandala sejauh mungkin hendaknya tercermin (tempat pemujaan, bangunan perumahan, tempat pembuangan (alam bhuta).
Karena keterbatasan pekarangan tempat pemujaan diatur sesuai konsep tersebut di atas dengan membuat tempat pemujaan minimal Kemulan/ Rong Tiga atau Padma, Penunggun Karang dan Natar.

Rumah Bertingkat.
Untuk rumah bertingkat bila tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu halaman bawah boleh membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas.

Rumah Susun.
Untuk rumah Susun tinggi langit- langit setidak- tidaknya setinggi orang ditambah 12 jari. Tempat pemujaan berbentuk pelangkiran ditempatkan di bagian hulu ruangan.


Dewasa Membangun Rumah.

  • Dewasa Ngeruwak. Wewaran : Beteng, Soma, Buda, Wraspati, Sukra, Tulus, Dadi. Sasih: Kasa, Ketiga, Kapat, Kedasa. 
  • Nasarin. Watek: Watu. Wewaran: Beteng, soma, Budha, Wraspati, Sukra, was, tulus, dadi.Sasih: Kasa, Katiga, Kapat, Kalima. Kanem. 
  • Nguwangun. Wewaran: Beteng, Soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi. 
  • Mengatapi. Wewaran : Beteng, was, soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi. Dewasa ala : geni Rawana, Lebur awu, geni murub, dan lain- lainnya. 
  •  Memakuh/ Melaspas. Wewaran : Beteng, soma, Budha. Wraspati, Sukra, tulus, dadi. Sasih : Kasa, Katiga, Kapat, Kadasa. 

Upacara Membangun Rumah.
  • Upacara Nyapuh sawah dan tegal. Apabila ada tanah sawah atau tegal dipakai untuk tempat tinggal. Jenis upakara : paling kecil adalah tipat dampulan, sanggah cucuk, daksina l, ketupat kelanan, nasi ireng, mabe bawang jae. Setelah “Angrubah sawah” dilaksanakan asakap- sakap dengan upakara Sanggar Tutuan, suci asoroh genep, guling itik, sesayut pengambeyan, pengulapan, peras panyeneng, sodan penebasan, gelar sanga sega agung l, taluh 3, kelapa 3, benang + pipis. 
  • Upacara pangruwak bhuwana dan nyukat karang, nanem dasar wewangunan. Upakaranya ngeruwak bhuwana adalah sata/ ayam berumbun, penek sega manca warna. Upakara Nanem dasar: pabeakaonan, isuh- isuh, tepung tawar, lis, prayascita, tepung bang, tumpeng bang, tumpeng gede, ayam panggang tetebus, canang geti- geti. 
  • Upakara Pemelaspas. Upakaranya : jerimpen l dulang, tumpeng putih kuning, ikan ayam putih siungan, ikan ayam putih tulus, pengambeyan l, sesayut, prayascita, sesayut durmengala, ikan ati, ikan bawang jae, sesayut Sidhakarya, telur itik, ayam sudhamala, peras lis, uang 225 kepeng, jerimpen, daksina l, ketupat l kelan, canang 2 tanding dengan uang II kepeng. Oleh karena situasi dan kondisi di suatu tempat berbeda, maka upacara 
upakara tersebut di atas disesuaikan dengan kondisi setempat.
Dalam melihat tata budaya dari berbagai suku di Indonesia , bentuk budaya Bali telah berkembang dengan ciri dan kepribadian tersendiri.

Dari sudut arsitektur tradisional , peranan agama dan kebudayaan dipengaruhi kebudayaan Cina dan India yang melebur ke dalam ajaran agama mereka yaitu Hindu-Budha, sehingga peranannya sangat mendalam dan dijadikan pangkal untuk mencipta, petunjuk petunjuk ini dikenal dengan nama Hasta Bumi,Hasta Kosala Kosali,Hasta Patali, sikuting umah, dan lain-lain yang berisikan berbagai petunjuk , pantangan, tata cara perencanaan, pelaksanaan dan lain-lain dalam mendirikan suatu bangunan .
Pengaruhnya terlihat pada :

Bentuk
Dari segi perbandingan ukuran setiap unsur bangunan dan pekarangan berpangkal kepada ukuran kepala dan badan manusia terutama ukuran tubuh kepala keluarga (yang punya rumah) secara fisik dan tingkat kastanya.

Bentuk rumah Bali, pada dasarnya bukan merupakan suatu organisasi ruangan dibawah satu atap , tetapi beberapa bangunan yang masing-masing dengan fungsinya tertentu di dalam satu lingkungan atau satu tembok.

Arsitektur tradisional Bali yang kita kenal, mempunyai konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangnya. Konsep dasar tersebut adalah:

1. Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga

2. Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala

3. Konsep keseimbangan kosmologi

4. Konsep proporsi dan skala manusia

5. Konsep court, Open air

6. Konsep kejujuran bahan bangunan

Adapula beberapa ketentuan-ketentuan bangunan di Bali:

1. Tempat/ denah berdasarkan Lontar Asta Bhumi.

2. Bangunan/ konstruksinya berdasarkan lontar Asta Dewa dan lontar Asta Kosala Kosali.

3. Bahan- bahan/ ramuan berdasarkan lontar Asta Dewa dan lontar Asta Kosala Kosali, seperti : kayu, ijuk, alang- alang, batu alam, bata dan sebagainya

Asta Kosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. penataan Bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya rumah. Pengukurannya pun tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti

Mata Pencaharian dan Pengaruh Lingkungan
Lahirnya berbagai perwujudan fisik juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keadaan geografis dan ekonomi masyarakat. 

Ditinjau dari aspek geografi terdapatlah Arsitektur Tradisional Bali dataran tinggi (daerah pegunungan) dan Arsitektur Tradisional Bali dataran rendah. Untuk daerah dataran tinggi yang penduduknya berkebun, pada umunya bangunannya kecil-kecil dan tertutup untuk menyesuaikan keadaan lingkungannya yang cenderung dingin. Tinggi dinding relatif pendek untuk menghindari sirkulasi udara yang terlalu sering. Satu bangunan bisa digunakan untuk berbagai aktifitas mulai aktifitas sehari-hari seperti tidur, memasak dan untuk hari-hari tertentu juga digunakan untuk upacara. Luas dan bentuk pekarangan relatif sempit dan tidak beraturan disesuaikan dengan topografi tempat tinggalnya.

Untuk daerah dataran rendah,yang penduduknya bertani, pekarangannya relatif luas dan datar sehingga bisa menampung beberapa massa dengan pola komunikatif, umumnya berdinding terbuka, yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Seperti bale daja untuk ruang tidur dan menerima tamu penting, bale dauh untuk ruang tidur dan menerima tamu dari kalangan biasa, bale dangin untuk upacara, dapur untuk memasak, jineng untuk lumbung padi, dan tempat suci untuk pemujaan. Untuk keluarga raja dan brahmana pekarangnnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu jaba sisi (pekarangan depan), jaba tengah (pekarangan tengah) dan jero (pekarangan untuk tempat tinggal )
adapun pertimbangan dalam membangun tempat tinggal diantaranya;

Tanah

Membuat rumah yang dapt mendatangkan keberuntungan bagi penghuninya,bagi rohaniwan dari Banjar Semaga,Desa Penatih,Denpasar ini harus diawali dengan pemilihan lokasi (tanah) yang pas.Lokasi yang bagus dijadikan bagunan adalah tanah yang posisinya lebih rendah (miring) ke timur (sebelum direklamasi). Namun di luar lahan bukan milik kita,posisinya lebih tinggi.Demikian juga tanah bagian utaranya juga harus lebih tinggi.Bila tanah di pinggir jalan,usahakan posisinya tanah dipeluk jalan.Sangat baik bila ada air di arah selatan tetapi bukan dari sungai yang mengalir deras.Air harus berjalan pelan,tetapi posisi sungai juga harus memeluk tanah ,bukan sebaliknya menebas lokasi tanah.Diyakini,aliran air yang lambat membuat Dewa air sebagai pembawa kesuburan dan rejeki banyak terserap dalam deras.

Selain letak tanah,tekstur tanah juga harus dipastikan memiliki kualitas baik. Tanah berwarna kemerahan dan tidak berbau termasuk jenis tanah yang bagus untuk tempat tinggal.Untuk menguji tekstur tanah,cobalah genggam tanah tersebut.Jika setelah lepas dari genggaman tanah itu terurai lagi,berarti kualitas tanah tersebut cocok dipilih untuk lokasi perumahan.Cara lain untuk menguji tekstur tanah yang baik adalah dengan cara melubangi tanah tersebut sedalam 40 Cm persegi.Kemudian lubang itu diurug (ditimbun) lagi dengan tanah galian tadi.

Jika lubang penuh atau kalau bisa ada sisa oleh tanah urugan itu, berati tanah itu bagus untuk rumah.Sebaliknya jika tanah untuk menutup lubang tidak bisa memenuhi (jumlahnya kurang) berati tanah tersebut tidak bagus dan tidak cocok untuk rumah karena tergolong tanah anggker.Akan lebih baik memilih tanah yang terletak di utara jalan karena lebih mudah untuk melakukan penataan bangunan menurut konsep Asta kosala-kosali.Misalnya membuat pintu masuk rumah,letak bangunan,dan tempat suci keluarga (merajan/sanggah).Lokasi seperti ini memungkinkan untuk menangkap sinar baik untuk kesehatan.Tata letak pintu masuk yang sesuai,akan memudahkan menangkap Dewa Air mendatangkan rejeki.

Kurang Bagus

Jangan membangun rumah di bekas tempat-tempat umum seperti bekas balai banjar (balai masyarakat), bekas pura (tempat suci), tanah bekas tempat upacara ngaben massal(pengorong/peyadnyan)bekas gria (tempat tinggal pedande/pendeta) dan tanah bekas kuburan.Usahakan pula untuk tidak memilih lokasi (tanah)bersudut tiga atau lebih dari bersudut empat.Tanah di puncak ketinggian,di bawah tebing atau jalan juga kurang bagus untuk rumah karena membuat rejeki seret dan penghuninya akan sakit – sakitan.Demikian juga tanah yang terletak di pertigaan atau di perempatan jalan (simpang jalan) tidak bagus untuk tempat tinggal tetapi cocok untuk tempat usaha.Tanah jenis ini termasuk tanah angker karena merupakan tempat hunian Sang Hyang Durga Maya dan Sang Hyang Indra Balaka.

Tata Letak Bangunan
Setelah direklamasi (ditata) diusahkan bangunan yang terletak di timur,lantainya lebih tinggi sebab munurut masyarakat bali selatan umumnya,bagian timur dianggap sebagai hulu(kepala)yang disucikan.Sedangkan menurut fungsui,posisi bangunan seperti itu memberi efek positif.Sinar matahari tidak terlalu kencang,dan air tidak sampai ke bagian hulu.Bagunan yang cocok untuk ditempatkan diareal itu adalah tempat suci keluarga yg disebut merajan atau sanggah.Dapur diletakan di arah barat (barat daya) dihitung dari tempat yang di anggap sebagai hulu (tempat suci) atau di sebelah kiri pintu masuk areal rumah, karena menurut konsep lontar Asta Bumi,tempat ini sebagai letak Dewa Api.

Sumur dan lumbung tempat penyimpanan padi sedapat mungkin diletakan di sebelah timur atau utara dapur.Atau di sebelah kanan pintu gerbang masuk rumah karena melihat posisi Dewa Air.

Bangunan balai Bandung (tempat tidur) diletakan diarah utara,sedangkan balai adat atau balai gede ditempatkan disebelah timur dapur dan diselatan balai Bandung.Bangunan penunjang lainnya diletakkan di sebelah selatan balai adat.

Pintu Masuk

Selain menemukan posisinya yang tepat untuk menangkap dewa air sebagai sumber rejeki ukuran pintu masuk juga harus diatur. Jika membuat pintu masuk lebih dari satu,lebar pintu masuk utama dan lainya tidak boleh sama.Termasuk tinggi lantainya juga tidak boleh sama. Lantai pintu masuk utama (dibali berbentuk gapura/angkul – angkul) harus dibuat lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju garase.jika dibuat sama akan memberi efek kurang menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sakit-sakitan.Akan sangat bagus bila di sebelah kiri (sebelah timur jika rumah mengadap selatan) diatur jambangan air (pot air) yang disi ikan.
Ini sebagai pengundang Dewa Bumi untuk memberi kesuburan seisi rumah.Tak menempatkan benda – benda runcing dan tajam yang mengarah ke pintu masuk rumah seperti penempatan meriam kuno,tiang bendera,listrik dan tiang telepon atau tataman yang berbatang tinggi seperti pohon palm,karena membuat penghuninya sakit sakitan akibat tertusuk.Got dan tempat pembungan kotoran sedapat mungkin di buat di posisi hilir dan lebih rendah dari pintu masuk.Kalau menempatkan kolam di pekarangan rumah hendaknya dibuat di atas permukaan tanah(bukan lobang).Kolam di buat di sebelah kanan pintu masuk dengan posisi memelu rumah,bukan berlawanan.Karena keberadaan kolam yang tidak sesuai akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah.

VEDA , Kitab Suci Hindu

   
Weda (Sanskerta: वेद; Vid, "ilmu pengetahuan") adalah kitab suci agama Hindu. Weda merupakan kumpulan sastra-sastra kuno dari zaman India Kuno yang jumlahnya sangat banyak dan luas. Dalam ajaran Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti (secara harfiah berarti "yang didengar"), karena umat Hindu percaya bahwa isi Weda merupakan kumpulan wahyu dari Brahman (Tuhan). Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Pada masa awal turunnya wahyu, Weda diturunkan/diajarkan dengan sistem lisan — pengajaran dari mulut ke mulut, yang mana pada masa itu tulisan belum ditemukan — dari guru ke siswa. Setelah tulisan ditemukan, para Resi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan. Weda bersifat apaurusheya, karena berasal dari wahyu, tidak dikarang oleh manusia, dan abadi Maharesi Byasa, menyusun kembali Weda dan membagi Weda menjadi empat bagian utama, yaitu: Regweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda. Semua itu disusun pada masa awal Kaliyuga.

Kitab suci Weda dikenal dengan nama-nama sebagai berikut :
  1. Kitab Sruti, artinya kitab Weda adalah wahyu Tuhan yang diterima melalui pendengaran atas kemekaran intuisi para Maharesi.
  2. Kitab Rahasya, artinya  kitab Weda mengandung ajaran yang amat rahasia, yakni menyangkut tentang tujuan hidup yang tertinggi berupa moksa.
  3. Kitab Mantra, artinya Weda memuat nyanyian-nyanyian pujaan.

Weda (sruti ) adalah otoritas kebenaran dalam Hindu
Bahwa Veda itu kitab suci Agama Hindu yg digolongkan atas :

> Sruti

> Smrti

Bagaimana hubungan keduanya? Smrti selalu merupakan bayangan dari Sruti, Smrti merupakan bentuk ulang dari Sruti, Smrti tidak boleh bertentangan dengan Sruti, bila terjadi demikian maka otoritas kebenaran kembali pada Sruti.

Kitab Weda (sruti)
merupakan Wahyu dari Tuhan sumber Hukum tertinggi Hindu dan otoritas kebenaran, yang terdiri atas :
1. Rgveda
2. Yajurveda
3. Samaveda
4. Atharvaveda

Yang masing-masing dikelompokkan atas atau mengandung :

Samhita
(himpunan mantra2) : yang mengandung mantra upasana ( doa kebaktian, pemujaan, ucapan syukur, mantra2 upacara kurban) ajaran filsafat, tata susila, pendidikan da lain lain, yang terdiri atas empat jenis yaitu :
Rgveda Samhita : Pengetahuan suci yang berhubungan dengan pemujaan
Yajurveda Samhita : Pengetahuan suci tentang upacara korban
Samaveda Samhita: Pengetahuan suci tentang irama
Atharvaveda Samhita: pengetahuan suci yang bermanfaat bagi kehidupan di dunia ini
Tiap2 Veda Samhita ini mempunyai kitab-kitab Brahmana ,Aranyaka dan Upanisad misalnya Aitareya Brahmana merupakan kitab Brahmana dari Rgveda, sathapata Brahmana merupakan Brahmana dari Yajurveda, Chandyoga Upanisad merupakan Upanisad dari Samaveda dst.

Brahmana
uraian panjang tetang ketuhanan/teologi, teristimewa observasi tentang jalannya upacara korban dan prosedur dari upacara kurban. Bisa dikatakan Brahmana adalah ilmu tentang upacara

Aranyaka
berisi tentang penjelasan tentang philosofis /arti dan makna upacara

Upanisad
merupakan kesimpulan dari kitab-kitab Aranyaka,karena itu upanisad disebut Vedanta, Vedanta tidak hanya berarti akhir dari Veda tetapi uga merupakan puncak tertinggi dari dari ajaran Veda. Secara formal disebutkan ada 108 Upanisad namun hanya 12 yg dikatakan penting.
Kitab2 Upanisad memberikan wejangan tentang rahasia teringgi terhadap umat manusia, kitab2 ini merupakan intisari dari kitab-kitab Veda

Smrti

Dalam memahami Veda dan kitab-kitab yang terkait dgn Veda kita mengenal istilah Veda dan susastra Veda, susatra Veda adalah kitab2 bukan wahyu Tuhan atau kitab2 yang tergolong kitab2 smrti.
Dalam pengertian sempit kitab2 yg dimaksud susatra Veda adalah kitab2 Vedanga dan Upaveda. Dalam pengertian luas Vedangga meliputi pula kitab Dharmasastra, Itihasa, Purana, Agama/ Tantra dan Darsana.

Vedanga
adalah kitab2 berisi petunjuk2 tertentu untuk mendalami Veda, yg terdiri atas
1. Siksa : ilmu Phonetika Veda
2. Vyakarana : ilmu tata bahasa
3. Nirukta ilmu etimologi
4. Chanda : ilmu irama
5. Jyotisa : ilmu astronomi dan astrologi
6. Kalpa : ilmu tentang upacara korban

Upaveda
adalah kitab-kita yang menunjang pemahaman Veda.
Masing2 kitab Catur Veda memiliki kitab upaveda
1. RgVeda ; Ayurveda : ilmu tentang kesehatan
2. Yajurveda ; Dhanurveda : ilmu perang
3. Samaveda ; Gandharvaveda : ilmu pengetahuan samagana ( melagukan mantra Samaveda ) dan seni musik pada umumnya.
4. Artharvaveda ; Arthaveda : ilmu tentang pemerintahan, ekonomi, pertanian, ilmu sosial


Dharmasastra
Secara garis besar merupakan Dharmasastra merupakan hasil karya manusia yang berisi penjelasan dan penerapan dari kitab – kitab sruti namun isi nya Tidak boleh bertentangan dengan sruti. Kelompok Dharmasastra
a. Manawadharmasastra
b. Yajnavalkyasmrti
c. Samkhalikhitasmrti
d. Parasarasmrti



Itihãsa
Ramayana dan Mahabharata.klo yang ini ga usah dijelasin smua orang dah tau.

Purãna
Ada 18 Mahapurana dan 18 Upapurana
Purana (Mahapurana )terdiri atas lima topik Utama ( Panca Laksana )
1. Tentang Penciptaan semesta ( pratisarga, sarga dan Pralaya)
2.Geografi
3. kisah kisah Para Dewa dan berbagai kisah lainnya
4.Manvantara (waktu, jaman yuga dan Manu )
5.Silsilah (Suryawamsa dan Chandrawamsa)


Darshana
Ilmu ke-filsafat-an dalam Ajaran Hindu tertuang dalam apa yang disebut 'Dharsana'.
Dharsana, sebagai ilmu sekaligus seni olah-pikir, dalam Dharma bukanlah sembarang ilmu yang dapat dipelajari dengan mudah. Ada 6 aliran filsafat yang terkait langsung dengan keberadaan Hinduisme, yaitu: Samkhya, Yoga, Mimamsa, Vaisiseka, Nyaya dan Vedanta

Agama
Kitab kitab agama secara garis besar dikelompok atas
1. Vaishnawa
2. Saiwa
3. Sakta

Sri Swami jagadguru Chandrasekharendra Saraswati merumuskan bahwa Veda dan susatra Veda terdiri atas 14 cabang pengetahuan yang disebut caturdasa Vidyasthana yang terdiri dari :
1. Veda srurti ( 4 jenis kitab ) beserta seluruh cabangnya
2. Vedanga ( 6 jenis kitab )
3. Upanga Veda ( 4 jenis kitab )
Namun beliau tidak menjelaskan kedudukan Upaveda tersebut diatas
Jadi gw tambahin aja Upangaveda disini, yg termasuk kitab-kitab upangaveda adalah berikut :
1. mimamsa : purvamimasa dan uttar mimamsa
2. Nyaya : Nyaya-Vaisesika dan samkhya
3. Purana : 18 Mahapurana, 18 Upapurana dan Itihasa ( Ramayana dan Mahabharata)
4. Dharmasastra : kitab kitab Smrti
( ini sebagai tambahan lo biar nanti ga ada pertanyaan kitab sebenarnya masuk kelompok mana, penggolongan diatas adalah pengelompokan secara umum yg disepakati oleh para Bijak dan ahli agama )

Bhagavad Gita
Ada baiknya kita simak pandangan Swami Sivananda tentang kedudukan Bhagavad Gita
Kitab kitab Upanisad adalah sari susu Veda, Bhagavad Gita adalah intisari dari kitab-kitab Upanisad, dengan kalimat yang lain, di lukiskan
Kitab-kitab Upanisad adalah lembu2 Bhagavad Gita adalah susu, Shri Khrisna adalah gembala yang memerah susu tersebut, Arjuna adalah anak lembu yang menyusu, sedangkan kita bila ingin bijak minumlah susu Gita itu.
Bhagavad Gita adalah sruti dan juga Smrti.

Maharesi Penerima Wahyu 

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Weda itu adalah wahyu Tuhan yang diterima oleh para Maharesi. Dengan demikian bahwa wahyu Weda tidaklah diterima oleh seorang Maharesi saja, melainkan oleh beberapa orang Maharesi, dalam waktu yang berbeda-beda.
Wahyu dalam bahasa Sanskerta disebut dengan Sruti. Sruti artinya pendengaran. Wahyu itu hanya dapat didengar oleh orang-orang yang mempunyai kesucian yang tinggi. Tanpa kesucian yang tinggi orang tidak akan mampu mendengar atau menerima sabda Tuhan.
Adapun para Maharesi penerima wahyu yang amat terkenal, ada tujuh orang, disebut Sapta Resi. Ketujuh Maharesi itu adalah Maharesi Gretsamada, Wiswamitra, Wamadewa, Atri, Bharadwaja, Wasidta dan Maharesi Kanwa.
Disamping ketujuh Maharesi itu masih banyak lagi para Maharesi penerima wahyu Tuhan. Maharesi Wyasa adalah Maharesi yang terkenal  yang mengkodifikasikan Weda dan dibantu oleh empat Maharesi, yaitu  :
  1. Maharesi Pulaha, menghimpun kitab Reg Weda Samhita.
  2. Maharesi Jaimini, menghimpun kitab Sama Weda Samhita.
  3. Maharesi Waisampayana, menghimpun kitab Yajur Weda Samhita.
  4. Maharesi Sumantu, menghimpun kitab Atharwa Weda Samhita.

Umur kitab Weda

Kitab suci Weda yang diyakini oleh umat Hindu sebagai Anadi Ananta, yang berarti tiada berawal dan tiada berakhir.  Walaupun demikian para sarjana baik sarjana barat maupun timur, mencoba menentukan kapan wahyu itu diturunkan. Para sarjana itu antara lain :
  1. Lokanya Tidak Shastri, Weda telah diturunkan 6000 tahun  sebelum Masehi.
  2. Bal Gangghadar Tilak, Weda telah diturunkan 4000 tahun sebelum Masehi.
  3. DR. Haug, memperkirakan bahwa Weda telah turun 2400 tahun sebelum Masehi.
  4. DR. Max Muller, memperkirakan bahwa Weda telah turun 1200 tahun sebelum Masehi.
  5. Heine Gelderen, bahwa Weda diturunkan  1500 – 1000 sebelum Masehi.
  6. Sylvain Levy, memperkirakan bahwa Weda diturunkan sekitar 1000 tahun sebelum Masehi.
  7. W. Stutterheim, memperkirakan bahwa Weda diturunkan sekitar 1000 – 500 sebelum Masehi.
Berdasarkan perkiraan di atas jelaslah bahwa wahyu Weda telah turun ke dunia berabad-abad sebelum Masehi, dengan demikian kitab suci Weda sangat tua usianya


Semoga bermanfaat

Kamis, 25 Oktober 2012

Doa Sehari-Hari Agama Hindu

Om Swastyastu,

          Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa. penulis akhirnya dapat menulis kembali doa-doa sehari-hari menurut Hindu ini, yang di kutip dari Buku yang di Himpun oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Donggala tahun 2005, buku yang di pergunakan untuk kalangan sendiri.
penulis menyadari bahwa masih banyak saudara-saudara seiman dan  terutama lebih dikhususkan bagi mereka yang baru memeluk agama Hindu dimana belum mengetahui bagaimana doa sehari-hari menurut Hindu, sehingga penulis ikut serta untuk menyebarkannya. bagi yang kebetulan mampir dan memerlukannya penulis persilahkan untuk meng copynya (gratis), penulis harapkan dapat di mamfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna menambah pahala dan ketaqwaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa.

            Demi lebih sempurnanya, penulis mempersilahkan menulis saran, komentar, dan sumbangan-sumbangan pemikiran, kritik yang konstruktif dari semua pihak.
Demikianlah, semoga semua pikiran yang baik datang dari segala arah

Om Santi, Santi, santi Om

DOA SEHARI-HARI MENURUT HINDU :



NO MACAM DOA TERJEMAHANNYA
1 DOA BARU BANGUN PAGI : OM JAGRASCA PRABHATA KALASCA YA NAMAH SWAHA OH HYANG WIDHI, HAMBA MEMUJA MU, BAHWA HAMBA TELAH BANGUN PAGI DALAM KEADAAN SELAMAT
2 DOA MANDI : a. CUCI MUKA :
OM CAM CAMANI YA NAMAH SWAHA
OM WAKTRA PARISUDAHA YA NAMAH SWAHA
YA TUHAN, HAMBA MEMUJAMU, SEMOGA MUKA HAMBA MENJADI BERSIH
b. MENGGOSOK GIGI : OM RAHPHAT ASTRAYA NAMAH
OM SRI DEWI BHATRIMSA YOGINI NAMAH
YA TUHAN, SUJUD HAMBA KEPADA DEWI SRI, BHATARI YOGINI, SEMOGA BERSIHLAH GIGI HAMBA
c.   BERKUMUR : OM ANG WAKTRA PARISUDHAMAM SWAHA YA TUHAN, SEMOGA BERSIHLAH MULUT HAMBA
d.  MEMBERSIHKAN KAKI : OM AM KHAM KHASOLKHAYA ISWARAYA NAMAH SWAHA YA TUHAN, SEMOGA BERSIHLAH KAKI HAMBA
e.   MANDI : OM GANGGA AMRTA SARIRA SUDHAMAM SWAHA
OM SARIRA PARISUDHAMAM SWAHA
YA TUHAN, ENGKAU ADALAH SUMBER KEHIDUPAN ABADI NAN SUCI, SEMOGA BADAN HAMBA MENJADI BERSIH DAN SUCI
3 DOA PADA WAKTU MENGENAKAN PAKAIAN : OM TAM MAHADEWAYA NAMAH SWAHA
OM BHUSANAM SARIRABHYO PARISUDHAMAM SWAHA
TUHAN DALAM PERWUJUDANMU SEBAGAI TAT PURUSHA, DEWA YANG MAHA AGUNG, HAMBA SUJUD KEPADAMU DALAM MENGGUNAKAN PAKAIAN INI. SEMOGA PAKAIAN HAMBA MENJADI BERSIH DAN SUCI
4 DOA DIWAKTU MAKAN : a. MENGHADAPI MAKANAN :
OM ANG KANG KASOLKAYA ICA NA YA NAMAH SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA DEWA BHUTA PRADHANA PURUSA SANG YOGA YA NAMAH
OH HYANG WIDHI YANG BERGELAR ICANA (BERGERAK CEPAT) PARA DEWA BHUTAN, DAN UNSUR PRADHANA PURUSA, PARA YOGI, SEMOGA SENANG BERKUMPUL MENIKMATI MAKANAN INI
b.  YADNYA SESA : OM SARWA BHUTA SUKKA PRETEBHYAH SWAHA OH HYANG WIDHI, SEMOGA PARA BHUTA SENANG MENIKMATI MAKANAN INI DAN SESUDAHNYA SUPAYA PERGI, TIDAK MENGGANGGU
c.   MULAI MAKAN : OM ANUGRAHA AMRTADI SANJIWANI YA NAMAH SWAHA OH HYANG WIDHI, SEMOGA MAKANAN INI MENJADI AMERTA YANG MENGHIDUPKAN HAMBA
d.  SESUDAH MAKAN : OM DIR GHAYUR ASTU, AWIGHNAM ASTU, çUBHAM ASTU
OM SRIYAM BHAWANTU, SUKKAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, KSAMASAMPURNA YA NAMAH SWAHA
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM
OH HYANG WIDHI, SEMOGA HAMBA PANJANG UMUR, TIADA HALANGAN, SELALU BAHAGIA, TENTRAM, SENANG DAN SEMUA MENJADI SEMPURNA OH HYANG WIDHI, SEMOGA DAMAI, DAMAI, DAMAI, SELALU
5 DOA MEMULAI PEKERJAAN : OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHAM
OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA
YA TUHAN, SEMOGA ATAS BERKENANMU, TIADA SUATU HALANGAN BAGI HAMBA MEMULAI PEKERJAAN INI DAN SEMOGA BERHASIL BAIK
6 DOA SELESAI BEKERJA / BERSYUKUR : OM DEWA SUKSMA PARAMA ACINTYA YA NAMAH SWAHA, SARWA KARYA PRASIDHANTAM
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
YA TUHAN, DALAM WUJUD PARAMA ACINTYA YANG MAHA GAIB DAN MAHA KARYA, HANYA ATAS ANUGRAHMULAH MAKA PEKERJAAN INI BERHASIL DENGAN BAIK SEMOGA DAMAI, DAMAI DI HATI, DAMAI DI DUNIA, DAMAI SELAMANYA
7 DOA MOHON BIMBINGAN : OM ASATO MA SADYAMAYA TAMASO MA JYOTIR GAMAYA MRTYOR MA AMRTAM GAMAYA
OM AGNE BRAHMA GRBHNISWA DHARUNAMA SYANTA RIKSAM DRDVAMHA
BRAHMAWANITWA KSATRAWANI SAJATA
WAHYU DADHAMI BHRATRWYASYA WADHYAYA
TUHAN YANG MAHA SUCI BIMBINGLAH HAMBA DARI YANG TIDAK BENAR MENUJU YANG BENAR. BIMBINGLAH HAMBA DARI KEGELAPAN MENUJU CAHAYA PENGETAHUAN YANG TERANG. LEPASKANLAH HAMBA DARI KEMATIAN MENUJU KEHIDUPAN YANG ABADI. TUHAN YANG MAHA SUCI. TERIMALAH PUJIAN YANG HAMBA PERSEMBAHKAN MELALUI WEDA MANTRA DAN KEMBANGKANLAH PENGETAHUAN ROHANI HAMBA AGAR HAMBA DAPAT MENGHANCURKAN MUSUH YANG ADA PADA HAMBA (NAFSU). HAMBA MENYADARI BAHWA ENGKAULAH YANG BERADA DALAM SETIAP INSANI (JIWATMAN), MENOLONG ORANG TERPELAJAR, PEMIMPIN NEGARA DAN PARA PEJABAT. HAMBA MENUJU ENGKAU SEMOGA MELIMPAHKAN ANUGERAH KEKUATAN KEPADA HAMBA
8 DOA MOHON INSPIRASI : OM PRANO DEWI SARASWATI WAJEBHIR WAJINIWATI DHINAM AWINYAWANTU YA TUHAN DALAM MANIFESTASI DEWI SARASWATI, HYANG MAHA AGUNG DAN MAHA KUASA, SEMOGA ENGKAU MEMANCARKAN KEKUATAN ROHANI, KECERDASAN PIKIRAN, DAN LINDUNGILAH HAMBA SELAMA-LAMANYA
9 DOA MOHON KECERDASAN : OM PAWAKANAH SARASWATI WAJEBHIR WAJINIWATI YAJNAM WASTU DHIYAWASUH YA TUHAN, SEBAGAI MANIFESTASI DEWI SARASWATI, YANG MAHA SUCI, ANUGERAHILAH HAMBA KECERDASAN DAN TERIMALAH PERSEMBAHAN HAMBA INI
10 a. DOA WAKTU MULAI MEMBACA KITAB AGAMA (VEDA) : OM NARAYANA, OM SARASWATI JAYA OH HYANG WIDHI, NARAYANA OH HYANG WIDHI (SARASWATI) SEMOGA HAMBA MENANG (BERHASIL) JAYA
b.   DOA MULAI BELAJAR : OM PURWE JATO BRAHMANO BRAHMACARI DHARMAM WASANAS TAPASODATISTAT TASMAJJATAM BRAHMANAM BRAHMA IYESTHAM DEWASCA SARWE AMRTTNA SAKAMA YA TUHAN, MURIDMU HADIR DIHADAPANMU, OH BRAHMAN YANG BERSELIMUTKAN KESAKTIAN DAN BERDIRI SEBAGAI PERTAMA, TUHAN, ANUGRAHKANLAH PENGETAHUAN DAN PIKIRAN YANG TERANG. BRAHMAN YANG AGUNG, SETIAP MAHKLUK HANYA DAPAT BERSINAR BERKAT CAHAYAMU YANG SENANTIASA MEMANCAR
11 DOA MENGHENINGKAN CIPTA : OM MATA BHUMIH PUTRO AHAM PRTHIVYAH YA TUHAN, SEMOGA KAMI MENCINTAI TANAH AIR INI SEBAGAI IBU DAN HAMBA ADALAH PUTRA-PUTRANYA YANG SIAP SEDIA MEMBELA SEPERTI PARA PAHLAWAN KAMI
12 DOA MEMOTONG HEWAN : OM PASU PASAYA WIMAHE SIRASCADAYA DHIMAHI TANO JIWAH PRACODAYAT SEMOGA ATAS BERKENAN DAN BERKAHMU PARA PEMOTONG HEWAN DALAM UPACARA KURBAN SUCI INI BESERTA ORANG-ORANG YANG TELAH BERDANA PUNIA UNTUK YADNYA INI MEMPEROLEH KESEJAHTERAAN DAN KEBAHAGIAAN. TUHAN HAMBA MEMOTONG HEWAN INI SEMOGA ROHNYA MENJADI SUCI
13 DOA MENGUNJUNGI ORANG SAKIT : OM SARWA WIGHNA SARWA KLESA SARWA LARA ROGA WINASAYA NAMAH YA TUHAN SEMOGA SEGALA HALANGAN, SEGALA PENYAKIT, SEGALA PENDERITAAN DAN GANGGUAN ENGKAU LENYAPKAN SEMUANYA
14 DOA MENDENGAR ATAU MELAYAT ORANG MATI :
OM SWARGANTU, MOKSANTU, SUNYANTU, MURCANTU,
OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SWAHA
YA TUHAN YANG MAHA KUASA, SEMOGALAH ARWAH YANG MENINGGAL MENDAPAT SORGA, MENUNGGAL DENGANMU, MENCAPAI KEHENINGAN TANPA DERITA. YA TUHAN AMPUNILAH SEGALA DOSANYA, SEMOGA IA MENCAPAI KESEMPURNAAN ATAS KEKUASAAN DAN PENGETAHUAN SERTA PENGAMPUNANMU
15 DOA PEMBUKA RAPAT/PERTEMUAN : OM SAM GACCHADWAM SAMWADADWAM SAM WO MANAMSI JANATAM DEWA BHAGAM YATHA PURWE SAMJANANA UPASATE
OM SAMANI WA AKUTIH SAMANA HRDAYANI WAH SAMANAM ASTU WO MANO YATHA WAH SUSAHASATI
OM ANO BHADRAH KRATTAWOYANTU WISTAWAH
YA TUHAN, HAMBA BERKUMPUL DI TEMPAT INI HENDAK BICARA SATU DENGAN YANG LAIN UNTUK MENYATUKAN PIKIRAN SEBAGAIMANA HALNYA PARA DEWA SELALU BERSATU. YA TUHAN, TUNTUNLAH KAMI AGAR SAMA DALAM TUJUAN, SAMA DALAM HATI, BERSATU DALAM PIKIRAN HINGGA DAPAT HIDUP BERSAMA DALAM SEJAHTERA DAN BAHAGIA. YA TUHAN, SEMOGA PIKIRAN YANG BAIK DATANG DARI SEGALA PENJURU
16 DOA MENUTUP RAPAT/PERTEMUAN : OM MANTRAHINAM KRIYAHINAM BHAKTIHINAM MAHESWARA, YAD PUJITAN MAHADEWA PARIPURNAM TAD ASTU ME




AYUWRDHIR YASOWRIDHIH WRIDHIH PRADNYASUKHASRIYAM DHARMA SANTANA WRDHISCA SANTU TE SAPTA WRDHAYAH






OM DIRGHAYUR NIRWIGHNA SUKHA WRIDHI NUGRAHAKAM
OH ISWARA YANG AGUNG, MANTRA KAMI TIADA SEMPURNA, PERBUATAN KAMI TIADA SEMPURNA PULA. KARENA ITU KAMI MEMUJAMU, OH ISWARA YANG AGUNG, SEMOGA KAMI DIKARUNIAI KESEMPURNAAN (DI DALAM MELAKUKAN TUGAS
OH SANGHYANG WIDHI WASE, BERKAHILAH KAMI DENGAN TUJUH PERPANJANGAN : HIDUP LAMA, NAMA HARUM, ILMU PENGETAHUAN, KEBAHAGIAAN, KESEJAHTERAAN, KEPERCAYAAN, DAN PUTERA-PUTERA UTAMA (SEBAGAI GENERASI PERJUANGAN BANGSA)
OH SANGHYANG WIDHI WASA, SEMOGA KAMI SUKSES TANPA HALANGAN DAN MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN ATAS ANUGERAHMU
17 DOA PARA PEDAGANG : OM A WISWANI AMRTA SAUBHAGANI
YA TUHAN, SEMOGA ENGKAU MENGANUGRAHKAN SEGALA KEBERUNTUNGAN YANG MEMBERIKAN KEBAHAGIAAN KEPADA KAMI
18 DOA SAAT SAKIT / MOHON PERLINDUNGAN MENGHILANGKAN KEGELISAHAN : OM TRAYAM BHAKAM YA JAMAHE SUGHAMDIN PUSTHI WARDHANAM UHRWARU KHAM IWA BHANDHANAT MRITYOR MUKHSYA MAMRITAT OH SANGHYANG WIDHI WASA, YANG MAHA MULIA. KAMI MEMUJAMU, HINDARKANLAH KAMI DARI KERAGUAN INI. BEBASKANLAH KAMI DARI BELENGGU DOSA, BAGAIKAN MENTIMUN LEPAS DARI TANGKAINYA, SEHINGGA KAMI DAPAT BERSATU DENGANMU
19 DOA MENGHILANGKAN RASA TAKUT : OM OM JAYA JIWAT SARIRA RAKSAN DADASIME
OM MJUM SAH WAOSAT MRITYUN JAYA NAMAH SWAHA
OH SANGHYANG WIDHI WASA YANG MAHA JAYA YANG MENGATASI SEGALA KEMATIAN KAMI MEMUJAMU. LINDUNGILAH KAMI DARI MARABAHAYA
20 DOA MENGHINDARI MALAPETAKA : OM SARWA PAPA WINASINI SARWA ROGA WIMOCANE SARWA KLESA WINASANAM SARWA BHOGAM AWAPNUYAT
OM SRIKARE SAPA HUT KARE ROGA DOSA WINASANAM SIWA LOKAM MAHAYASTE MANTRA MANAH PAPA KELAH
OH SANGHYANG WIDHI WASA, TERIMALAH SEGALA PERSEMBAHAN KAMI. ENGKAU MUSNAHKAN SEGALA MALAPETAKA. ENGKAU BEBASKAN SEGALA DERITA, DAN ENGKAU JAUHKAN SEGALA PENYAKIT OH SANGHYANG WIDHI WASA, ENGKAU YANG DIPUJA SEBAGAI PENGUASA ALAM SEMESTA, ENGKAU MENJIWAI INTI SEGALA MANTRA, BEBASKANLAH SEGALA DOSA DAN DERITA, SERTA TUNTUNLAH KAMI KE JALAN YANG BENAR
21 DOA RESEPSI PENGANTIN : OM IHA IWA STAM MA WI YAUS TAM WISWAM AYUR WYASNUTAM KRIDANTAU PUTRAIR NAPTRBHIH MODAMANAU SWE GRHE YA TUHAN, ANUGERAHKANLAH KEPADA PASANGAN PENGANTEN INI KEBAHAGIAAN, KEDUANYA TIADA TERPISAHKAN DAN PANJANG UMUR. SEMOGA PENGANTEN INI DIANUGERAHKAN PUTERA DAN CUCU YANG MEMBERIKAN PENGHIBURAN, TINGGAL DI RUMAH YANG PENUH KEGEMBIRAAN
22 DOA MOHON KETENANGAN RUMAH TANGGA: OM WISOWISO WO ATITHIM WAJAYANTAH PURUPRIYAM AGNIM WO DURYAM WACAH STUSE SUSASYA MANMABHIH
YA TUHAN, ENGKAU ADALAH TAMU YANG DATANG PADA SETIAP RUMAH. ENGKAU AMAT MENCINTAI UMATMU. ENGKAU ADALAH SAHABAT YANG MAHA PEMURAH. PERKENANKANLAH HAMBA MEMUJAMU DENGAN PENUH KEKUATAN, DALAM UCAPAN MAUPUN TENAGA DAN DALAM LAGU PUJIAN
23 DOA KELAHIRAN BAYI : OM BRHATSUMNAH PRASAWITA
OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO JAGATAH STHATURUB HAYASYA YO WASI SANO DEWAH SAWITA SARMA YACCHA TWASME KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH
YA TUHAN YANG MAHA PENGASIH, YANG MEMBERI KEHIDUPAN PADA ALAM DAN MENEGAKKANNYA. IA MENGATUR YANG BERGERAK MAUPUN YANG TIDAK BERGERAK SEMOGA IA MEMBERI RAHMATNYA KEPADA KAMI UNTUK KETENTRAMAN HIDUP DENGAN KEMAMPUAN UNTUK MENGHINDARI KEKUATAN YANG JAHAT
24 DOA ULANG TAHUN KELAHIRAN : OM DIRGAYURASTU TAD ASTU ASTU SWAHA OH SANGHYANG WIDHI WASA SEMOGA BAHAGIA DAN PANJANG UMUR ATAS KARUNIAMU
25 DOA MENOLAK BAYAYA : OM OM ASTA MAHA BAYAYA
OM SARWA DEWA, SARWA SANJATA, SARWA WARNA YA NAMAH,
OM ATMA RAKSAYA, SARWA SATRU, WINASAYA NAMAH SWAHA
OH SANGHYANG WIDHI WASA PENAKLUK SEGALA MACAM BAHAYA DARI SEGALA PENJURU, HAMBA MEMUJAMU DALAM WUJUD SINAR SUCI DENGAN BERANEKA WARNA DAN SENJATA YANG AMPUH. OH SANGHYANG WIDHI WASA LINDUNGILAH JIWA KAMI. SEMOGA SEMUA MUSUH BINASA
26 DOA SEBELUM TIDUR : OM ASATO MA SAT GAMAYA, TAMASO MA JYOTIR GAMAYA MRITYOR MAMRITAN GAMAYA OH SANGHYANG WIDHI WASA, TUNTUNLAH KAMI DARI JALAN SESAT KE JALAN YANG BENAR, DARI JALAN GELAP KE JALAN YANG TERANG HINDARKAN KAMI DARI KEMATIAN MENUJU KEHIDUPAN SEJATI
27 DOA SEBELUM MELAKUKAN HUBUNGAN SUAMI ISTRI (BERSENGGAMA): OM KRUNG KAMA SUPURNA DEWATA MANGGALA YA NAMAH SWAHA YA TUHAN, DEWA ASMARA YANG AMAT SUCI YANG TERUTAMA KAMI HORMATI
DOA PENGASTAWA :

NO MACAM DOA TERJEMAHANNYA
1 ASANA (SIKAP SEMPURNA) : OM PRASADA STHITI ÇARIRA ÇIWA SUCI NIRMALA YA NAMAH SWAHA OH HYANG WIDHI DALAM WUJUD SIWA, SUCI TAK TERNODA, HORMAT HAMBA TELAH DUDUK DENGAN TENANG
2 PRANAYAMA (MENGATUR NAFAS) : a. PURAKA (TARIK NAFAS) :
OM ANG NAMAH
b. KUMBAKA (TAHAN NAFAS) :
OM UNG NAFAS
c. RECAKA (KELUARKAN NAFAS) :
OM MANG NAMAH

OH HYANG WIDHI DALAM AKSARA ANG PENCIPTA, HAMBA HORMAT
OH HYANG WIDHI DALAM AKSARA UNG PEMELIHARA, HAMBA HORMAT
OH HYANG WIDHI DALAM AKSARA MANG PELEBUR, HAMBA HORMAT
3 PENYUCIAN TANGAN : a. TANGAN KANAN :
OM SUDHAMAM SVAHA
b. TANGAN KIRI :
OM ATI SUDHAMAM SVAHA

OH HYANG WIDHI SEMOGA HAMBA BERSIH
OH HYANG WIDHI SEMOGA HAMBA MENJADI SANGAT BERSIH
4 PUJA UNTUK DUPA : OM ANG DUPA DIPASTRA YA NAMAH OH HYANG WIDHI, HAMBA PERSEMBAHKAN DUPA INI
5 MENYUCIKAN KEMBANG : OM PUSPA DANTA YA NAMAH OH HYANG WIDHI, SEMOGA PUSPA INI MENJADI SUCI PUTIH BAGAIKAN GIGI
6 DOA MEMASANG BIJA : a. BIJA UNTUK DIDAHI :
OM ÇRIYAM BHAWANTU
b. BIJA DI BAWAH TENGGOROKAN :
OM SUKHAM BHAWANTU
c. BIJA UNTUK DI TELAN :
OM PURNAM BHAWANTU,
OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SWAHA

OH HYANG WIDHI SEMOGA KEBAHAGIAAN MELIPUTI HAMBA
OH HYANG WIDHI, SEMOGA KESENANGAN SELALU HAMBA PEROLEH
OH HYANG WIDHI SEMOGA KESEMPURNAAN MELIPUTI HAMBA, OH HYANG WIDHI SEMOGA SEMUANYA MENJADI BERTAMBAH SEMPURNA
7 PUJA DI PADMASANA : OM ANANTASANA PADMASANA YA NAMAH OH HYANG WIDHI YANG BERSINGGASANA DI PADMASANA / LAMBANG TERATAI SUCI / YANG TIADA TERBATAS, HAMBA MEMUJAMU
8 PUJA DI PEMERAJAN / RONG TIGA : OM BRAHMA WISNU IÇWARA DEWAM, JIWATMANAM TRILOKANAM, SARWA JAGAT PRATISTANAM, SUDDHA KLESA WINASANAM,
OM GURU PADUKA DIPATA YA NAMAH
YA TUHAN, BERGELAR BRAHMA, WISNU, ISWARA YANG BERKENAN TURUN MENJIWAI ISI TRILOKA, SEMOGA SELURUH JAGAT TERSUCIKAN, BERSIH SERTA SEGALA NODA TERHAPUSKAN OLEHMU. YA TUHAN SELAKU BAPAK ALAM, HAMBA MEMUJAMU
9 PUJA DI ULUN SUWI / BEDUGUL / PENGULUN CARIK : OM ÇRI DANA DEWIKA BAWYAM, SARWA RUPA WATI TASYA, SARWAJNAKA MITIDATYAM, ÇRI ÇRI DEWI NAMASTUTE,
OM ÇRI DEWI DIPATA YA NAMAH

YA TUHAN SAKTIMU SELAKU DEWI SRI YANG MAHA DERMAWAN DAN MULIA YANG MENGANUGERAHI SEMUA MAHKLUK DAN SELALU MENYUCIKAN HATI MAHKLUK. YA DEWI SRI KAMI MEMUJAMU
10 UNTUK HARI RAYA SARASWATI : OM BRAHMA PUTRI MAHA DEWI BRAHMANYA BRAHMA WANDHINI SARASWATI SAYAJANAM, PRAJA NAYA SARASWATI,
OM SARASWATI DIPATA YA NAMAH
YA TUHAN, SAKTIMU SELAKU MAHA DEWI DARI BRAHMA, PANCARAN PRADANA DARI BRAHMA, SARASWATI, DEWI BERKEMAMPUAN BERPIKIR, SARASWATI YANG TAK ADA TARA KEBIJAKSANAANNYA. YA DEWI SARASWATI HAMBA MENYEMBAH PADAMU
DOA MENGHATURKAN SESAJEN :

NO MACAM DOA TERJEMAHANNYA
1 PEMERCIKAN AIR SUCI / TIRTA OM MANG PARAMA ÇIWA AMERTA YA NAHAM SWAHA OH HYANG WIDHI PARAMA SIWA DALAM MANG PELEBUR MALA, MENGANUGERAHKAN AMERTA
2 PUJA DEWA PRASTITA : OM ANG DEWA PRATISTHA YA NAMAH OH HYANG WIDHI SEMOGA HYANG WIDHI BERSTANA DALAM KESUCIAN BHAKTI HAMBA, DALAM UCAPAN ANG PENCIPTA ALAM
3 MENGHATURKAN DUPA : OM AGNIR-AGNIR JYOTIR-JYOTIR DUPAM SAMAR PAYAMI -
4 MENGHATURKAN BUNGA MENURUT WARNA : MISALNYA DENGAN BUNGA 5 WARNA :
OM PUSPA PANCA WARNA YA NAMAH SWAHA

-
5 PENYUCIAN SESAJEN : OM KARA MURCYATE, PRAS PRAS PRANAMYA YA NAMAH SWAHA OH HYANG WIDHI, ENGKAU ADALAH OMKARA BENTUK AKSARA SUCI, SEMOGA UPACARA HAMBA MENJADI SEMPURNA, SEMPURNA, SEMPURNA UNTUK BHAKTI HAMBA KEPADAMU
6 NGAYABAN SESAJEN UNTUK PARA DEWA / TUHAN YANG MAHA ESA : OM DEWA AMUKTI, SUKHAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, SRIYAM BHAWANTU NAMO NAMAH SWAHA -
7 MENGHATURKAN SESAJEN UNTUK LELUHUR : OM BUKTIANTU PITARA DEWAM, BUKTI MUKTI WARA SWADAH, ANG AH -
8 MENGHATURKAN SEGEHAN : OM BUKTIANTU DURGA KATARA, BUKTIANTU KALAMEWACA, BUKTI ANTU BHUTA BUTANGAH OH HYANG WIDHI, HAMBA MENYUGUHKAN SESAJEN KEPADA DURGA KATARA, KEPADA KALAMAWACA DAN KEPADA BHUTA BHUTANGAH
9 YADNYA SESA : a. UNTUK PARA BHUTA  SAMA SEPERTI YADNYA SESA WAKTU MAKAN :
OM SARWA BHUTA PRETEBYAH SWAHA
b. UNTUK LELUHUR :
OM BUKTIANTU PITARA DEWAM, BUKTI MUKTI WARA SWADAH, ANG AH
c. UNTUK PARA DEWATA :
OM DEWA AMUKTI SUKHAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, SRIYAM BHAWANTU, NAMA NAMAH SWAHA
- -
-
PUJA TRI SANDHYA / GAYATRI MANTRAM :
a OM bhūr bvah svah tat savitur varenyam
bhargo devasya dhïmahi
dhiyo yo nah pracodayãt
OM adalah bhur bwah swah, kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemulian Sang Hyang Widhi semoga Ia berikan semangat pikiran kita
b OM nãrãyana evedam sarvam yad bhūtam yacca bhavyam
niskalańko niraňjano
nirvikalpo nirãkhyãtah
śuddo deva eko
narayano na dvit’yo asti kaścit
OM narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa narayana, Ia hanya satu tidak ada kedua
c OM Tvam Sivah Tvam Mahādevah Īsvarah Parameśvarah
Brahmā Visnusca Rudraśca
Purusah Parikīrtitah
OM engkau dipanggil siwa, mahadewa, iswara, parameswara, brahma, wisnu, rudra dan purusa
d OM Pāpo ham pāpakarmāham Pāpātmā pāpasambhavah
Trāhi mām pundarīkāksa
Sabāhyābhyāntarah śucih
Om hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba, Sang Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba
e OM Ksamasva mām mahādeva Sarvaprāni hitaňkara
Mām moca sarva pāpebyah
Pālayasva sadā siva
OM, ampunilah hamba Sang Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan mahkluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah OH Sang Hyang Widhi
f Om Ksāntavyah kāyikodosah Ksāntavyo Wacika Mama

Ksāntavyo mānaso dosah
Tat pramādāt ksamasva mām

OM Santih, Santih, Santih OM
OM ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba
OM damai, damai, damai OM
***
Tambahan :
Mengapa dalam setiap doa Hindu selalu diawali dengan OM? apa itu OM? Om itu bukanlah Suami dari Tante, atau panggilan untuk menyebut Paman… tetapi pengertian OM disini sangat jauh berbeda dan bukan itu yang dimaksudkan, simaklah sedikit ulasan / pengertian tentang kata Om dalam setiap doa / mantra umat Hindu dibawah ini.
Pengertian Om dalam setiap Doa Hindu
Om adalah seruan yang tertua kepada Tuhan dalam Hindu. Setelah zaman Puranalah Tuhan Yang Mahaesa itu diseru dengan ribuan nama. Kata Om sebagai seruan suci kepada Tuhan yang memiliki tiga fungsi kemahakuasaan Tuhan. Tiga fungsi itu adalah, mencipta, memelihara dan mengakhiri segala ciptaan-Nya di alam ini. Mengucapkan Om itu artinya seruan untuk memanjatkan doa atau puja dan puji pada Tuhan.
OM Berasal dari Kata AUM atau singkatan dari kata ANG UNG dan MANG yang merupakan aksara suci dari Tuhan yang Maha Esa dalam wujud Dewa Trimurti (Brahma = Ang, Wisnu = Ung, dan Siwa = Mang) yang jika dibaca aksara itu menjadi OM, gabungan dari ketiga aksara ini disebut dengan istilah Ong Kara. Aksara Ong-kara inilah sumber dari semua aksara, sehingga disebut wija-aksara, aksara yang maha suci, lambang Dewa Trimurti.
Dalam Bhagawad Gita kata Om ini dinyatakan sebagai simbol untuk memanjatkan doa pada Tuhan. Karena itu mengucapkan Om dengan sepenuh hati berarti kita memanjatkan doa pada Tuhan yang artinya ya Tuhan

source: dewaarka