EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKorean ArabicChinese Simplified
Choose Your Language

Senin, 15 Oktober 2012

Kasta Pande Tidak Boleh Memakan Be Jeleg (Jangga Wadita)

Kasta Pande Tidak Boleh Memakan Be Jeleg 
(Jangga Wadita) 
 Pada tahun 1556 Masehi, ketika terjadi pembrontakan atas pemerintahan Dalem Bekung yang dilakukan oleh Arya Batan Jeruk ( keturunan arya kepakisan ) sehingga Arya Batan dianggap Angesti Muji Dadia Sang Prabu. ( bercita2 ingin menjadi Raja ). Akhirnya Arya Batan Jeruk tewas setelah di kejar sampai Bonganya, Karang Asem. Pembrontakan selanjutnya dilakukan oleh Kyayi Pande Bhasa, yang terlibat pembrontakan ini Dalah Keluarga Pande Capung yang didukung keluarga besar.
Kerajaan Gelgel terpecah belah terutama keturunan Majapahit. Mereka menegaskan jati diri, karena ada unsur saling curiga. Para pasek dan Pande mebantu penguasa yang dekat sama mereka. Kasta Pande adalah salah satu kasta yang memiliki kelebihan mengolah besi untuk dijadikan keris atau pedang. Banyak orang yang mempercayai keris buatan kasta Pande memiliki keunikan tersendiri. Pada zaman itu, tidak hanya kasta Pande saja yang pintar membuat keris, membuat keris merupakan ajang persaingan untuk menarik para konsumen. Konon katanya jika orang yang berkasta Pande bertempur dengan pesaingnya, keris yang digunakan itu  tidak sampai menancap ketubuh lawannya, tetapi  keris hanya dibuka dan dipegang(ngungkulin) pesaingnya sudah tewas.
 Ketika pembrontakan dapat di padamkan yang memihak raja tetap tinggal di Gelgel dan yang memihak para pemberontak mengungsi dan menyelamatkan diri, karena keterlibatan para pande terutama di Klungkung. Sewaktu-waktu para pande dapat terbunuh. Sang Bhagawan sebagai penasehat Raja bercerita kepada Raja bahwa penyebab kekacauan yang merajarela adalah Sire Pande. Menurut Bhagawan, Sire Pande yang membuat senjata ke sana ke mari dan meyakinkan raja bahwa Sire Pande menyebabkan hal itu dan menyarankan membunuh semua Sire Pande sampai habis karena jadi biang keladi. Ida Dalem menerima saran dari Sang Bhagawan dan memerintahkan membunuh seluruh warga Pande baik yang kecil, bayi, muda, tua tanpa pri kemanusiaan.
Tetapi atas perlidungan Ida Ratu Bagus Pande ada seorang warga Pande masih hidup. Warga pande itu dilindungi dan di sembunyikan oleh Jangga Wadita ( be jeleg ) di bawah air terjun, di Sawah Gambangan. Orang yang memburu kasta Pande itu berpikir tidak mungkin kasta Pande bersembunyi di telaga itu. Ikan yang ada  di telaga itu tidak beranjak pergi.  Jika air terjun ini menjadi persembunyian kasta Pande sudah  pasti ikan Gabus yang mengambang di telaga ini akan pergi, dan gelombang airpun tidak ada sama sekali. Dengan mengalami kejadian itu kasta Pande bersumpah sampai keturunannya tidak akan memakan ikan Gabus. Oleh karena itu, Pura Gande Mayu yang ada di Klungkung, kasta Pande dan Ida Bagus menjadi satu Pemedalan. Hanya dibatasi dengan tembok penyengker Pura.

2 komentar:

  1. Om Swastiastu bli Arsana, tiang De Bayu juga dari warga pande, kawitan tiang ring Pura Dalem Gandamayu.. Setelah sekian lama tiang mencari-cari informasi tentang kenapa warga pande tidak boleh mengonsumsi be jeleg, akhirnya ketemu sejarahnya.. Odah tiang pernah bercerita tentang cerita yg intinya sama, tapi settingnya berbeda. Saya juga baru tau kenapa kawitan warga brahmana sama pande di pura tersebut harus selalu berdekatan.
    Suksma nggih bli, blognya menarik :D
    Salam kenal.. Om Santih, Santih, Santih Om

    BalasHapus