Kasta Pande Tidak Boleh Memakan Be Jeleg
(Jangga Wadita)
Pada
tahun 1556 Masehi, ketika terjadi pembrontakan atas pemerintahan Dalem
Bekung yang dilakukan oleh Arya Batan Jeruk ( keturunan arya kepakisan )
sehingga Arya Batan dianggap Angesti Muji Dadia Sang Prabu. ( bercita2
ingin menjadi Raja ). Akhirnya Arya Batan Jeruk tewas setelah di kejar
sampai Bonganya, Karang Asem. Pembrontakan selanjutnya dilakukan oleh
Kyayi Pande Bhasa, yang terlibat pembrontakan ini Dalah Keluarga Pande
Capung yang didukung keluarga besar.
Kerajaan Gelgel terpecah belah terutama keturunan Majapahit. Mereka menegaskan jati diri, karena ada unsur saling curiga. Para pasek dan Pande mebantu penguasa yang dekat sama mereka. Kasta
Pande adalah salah satu kasta yang memiliki kelebihan mengolah besi
untuk dijadikan keris atau pedang. Banyak orang yang mempercayai keris
buatan kasta Pande memiliki keunikan tersendiri. Pada zaman itu, tidak
hanya kasta Pande saja yang pintar membuat keris, membuat keris
merupakan ajang persaingan untuk menarik para konsumen. Konon katanya
jika orang yang berkasta Pande bertempur dengan pesaingnya, keris yang
digunakan itu tidak sampai menancap ketubuh lawannya, tetapi keris hanya dibuka dan dipegang(ngungkulin) pesaingnya sudah tewas.
Ketika
pembrontakan dapat di padamkan yang memihak raja tetap tinggal di
Gelgel dan yang memihak para pemberontak mengungsi dan menyelamatkan
diri, karena keterlibatan para pande terutama di Klungkung.
Sewaktu-waktu para pande dapat terbunuh. Sang Bhagawan sebagai
penasehat Raja bercerita kepada Raja bahwa penyebab kekacauan yang
merajarela adalah Sire Pande. Menurut Bhagawan, Sire Pande yang membuat
senjata ke sana ke mari dan meyakinkan raja bahwa Sire Pande menyebabkan
hal itu dan menyarankan membunuh semua Sire Pande sampai habis karena
jadi biang keladi. Ida Dalem menerima saran dari Sang Bhagawan
dan memerintahkan membunuh seluruh warga Pande baik yang kecil, bayi,
muda, tua tanpa pri kemanusiaan.
Tetapi
atas perlidungan Ida Ratu Bagus Pande ada seorang warga Pande masih
hidup. Warga pande itu dilindungi dan di sembunyikan oleh Jangga Wadita ( be jeleg ) di bawah air terjun, di Sawah Gambangan. Orang yang memburu kasta Pande itu berpikir tidak mungkin kasta Pande bersembunyi di telaga itu. Ikan yang ada di telaga itu tidak beranjak pergi. Jika air terjun ini menjadi persembunyian kasta Pande sudah pasti
ikan Gabus yang mengambang di telaga ini akan pergi, dan gelombang
airpun tidak ada sama sekali. Dengan mengalami kejadian itu kasta Pande
bersumpah sampai keturunannya tidak akan memakan ikan Gabus. Oleh karena
itu, Pura Gande Mayu yang ada di Klungkung, kasta Pande dan Ida Bagus
menjadi satu Pemedalan. Hanya dibatasi dengan tembok penyengker Pura.
Om Swastiastu bli Arsana, tiang De Bayu juga dari warga pande, kawitan tiang ring Pura Dalem Gandamayu.. Setelah sekian lama tiang mencari-cari informasi tentang kenapa warga pande tidak boleh mengonsumsi be jeleg, akhirnya ketemu sejarahnya.. Odah tiang pernah bercerita tentang cerita yg intinya sama, tapi settingnya berbeda. Saya juga baru tau kenapa kawitan warga brahmana sama pande di pura tersebut harus selalu berdekatan.
BalasHapusSuksma nggih bli, blognya menarik :D
Salam kenal.. Om Santih, Santih, Santih Om
1 kawitan bli
BalasHapus