
Entah
kenapa pula, binatang menjijikkan yang biasa hidup di selokan kotor itu
mendapat nama terhormat sebagai “Jero Ketut”. “Ape madan Jelo Ketut,
kaki?” (Apa yang bernama Jero Ketut, kakek?) Tanya si cucu kepada
kakeknya, Nengah Diarta, di suatu pagi, ketika si kakek sedang asik
menghirup kopi hangat ditemani ketela rebus.
“Bikul!” (Tikus!) jawab si kakek ketus dengan nada kesal mengarah benci.
Bukan kepada cucunya yang baru belajar...