EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKorean ArabicChinese Simplified
Choose Your Language

Sabtu, 05 Maret 2011

Panca Sradha



Agama Hindu disebut pula dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma ( Pengetahuan Kebenaran) atau Sanatana Dharma ( Kebenaran Abadi ). Untuk pertama kalinya Agama Hindu berkembang di sekitar Lembah Sungai Sindhu di India. Agama Hindu adalah agama yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa, yang diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta kepada para Maha Resi untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia di dunia.
Ada tiga kerangka dasar yang membentuk ajaran agama Hindu, ketiga kerangka tersebut sering juga disebut tiga aspek agama Hindu. Ketiga kerangka dasar itu antara lain :
  1. Tattwa, yaitu pengetahuan tentang filsafat agama
  2. Susila, yaitu pengetahuan tentang sopan santun, tata krama
  3. Upacara, yaitu pengetahuan tentang yajna, upacara agama
Di dalam ajaran Tattwa di dalamnya diajarkan tentang “ Sradha “ atau kepercayaan. Sradha dalam agama Hindu jumlahnya ada lima yang disebut               “ Panca Sradha “.

  1. PEMBAGIAN PANCA SRADHA
Panca Sradha terdiri dari :
  1. Brahman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Widhi
  2. Atman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Atman
  3. Karma, artinya percaya akan adanya hukum karma phala
  4. Samsara, artinya percaya akan adanya kelahiran kembali
  5. Moksa, artinya percaya akan adanya kebahagiaan rokhani.
Untuk menciptakan kehidupan yang damai seseorang wajib memiliki sradha yang mantap. Seseorang yang sradhanya tidak mantap hidupnya menjadi ragu, canggung, dan tidak tenang.
Cobalah perhatikan kegelisahan dan ketakutan seorang anak di arena sirkus. Anak kecil menjerit ketakutan ketika disuruh bersalaman dengan seekor harimau, walaupun di dampingi oleh seorang Pawang. Mengapa ketakutan itu bisa terjadi ?
Tidak lain karena anak kecil itu belum mempunyai kepercayaan penuh bahwa harimau itu akan jinak dan telah terlatih oleh pawangnya. Jadi kesimpulannya kepercayaan yang mantap dapat menciptakan ketenangan


PENJELASAN MASING – MASING BAGIAN PANCA SRADHA
    1. Brahman ( Percaya akan adanya Hyang Widhi )
    Hyang Widhi adalah yang menakdirkan, maha kuasa, dan pencipta semua yang ada. Kita percaya bahwa beliau ada, meresap di semua tempat dan mengatasi semuanya “ Wyapi Wyapaka Nirwikara “
    Di dalam kitab Brahman Sutra dinyatakan “ Jan Ma Dhyasya Yatah “ artinya Hyang Widhi adalah asal mula dari semua yang ada di alam semesta  ini. Dari pengertian tersebut bahwa Hyang Widhi adalah asal dari segala yang ada. Kata ini diartikan semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta isinya termasuk Dewa – dewa dan lain – lainnya berasal dan ada di dalam Hyang Widhi. Tidak ada sesuatu di luar diri beliau. Penciptaan dan peleburan adalah kekuasaan beliau.
    Agama Hindu mengajarkan bahwa Hyang Widhi Esa adanya tidak ada duanya. Hal ini dinyatakan dalam beberapa kitab Weda antara lain :

    a. Dalam Chandogya Upanishad dinyatakan : “ Om tat Sat Ekam Ewa Adwityam Brahman “ artinya Hyang Widhi hanya satu tak ada duanya dan maha sempurna

                        Dalam mantram Tri Sandhya tersebut kata – kata :
      “  Eko Narayanad na Dwityo Sti Kscit “ artinya hanya satu Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama sekali tidak ada duanya.
                           Dalam Kitab Suci Reg Weda disebutkan “
        “ Om Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti “ artinya Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para arif bijaksana menyebut dengan berbagai nama.
                      
                      Dalam kekawin Sutasoma dinyatakan :
          Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa artinya berbeda – beda tetapi  satu, tak ada Hyang Widhi yang ke dua.
          Dengan pernyataan – pernyataan di atas sangat jelas, umat Hindu bukan menganut Politheisme, melainkan mengakui dan percaya adanya satu Hyang Widhi.
          Hindu sangat lengkap, dan fleksibel. Tuhan dalam Hindu di insafi dalam 3 aspek utama, yaitu Brahman ( Yang tidak terpikirkan ), Paramaatma ( Berada dimana-mana dan meresapi segalanya ), dan Bhagavan ( berwujud ) 
          Widhi Tatwa yang merupakan salah satu bagian dari panca saradha, yang menyatakan bahwa umat Hindu percaya dan yakin dengan adanya Tuhan, hal ini dapat di yakini dengan melalui cara-cara yang di sebut Tri Pramana yang berarti tiga cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan,atau cara bagaimana umat Hindu menjadi tahu tentang adanya sesuatu, dalah hal ini yaitu Brahman atau Tuhan.Ada pun bagian dari Tri Pramana adalah :
          1. Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada kenyataan, Dinana para maharesi secara nyata dan jelas dapat menerima dan mendengar wahyu Tuhan, orang suci atau maharesi langsung menerima wahyu Tuhan yang di sebut sebagai Pratyaksa Pramana.
          2. Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada logika atau gejala alam atau rahasia alam yang tidak dapat terpecahkan oleh manusia. Maka berdasarkan logika pasti ada penyebab atau sumber dari gejala keanehan alam raya ini,prnyebab atau sumber tersebut tiada lain adalah Tuhan Yang Maha Esa. Hal inilah yang di sebut sebagai Anumana Pramana.
          3. Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada pemberitahuan orang lain yang di percaya atau berdasarkan ajaran agama atau Kitab Suci Veda. Dengan dasar ajaran Agama umat Hindu percaya dengan adanya Tuhan. hal ini yang disebut Agama Pramana.
          Ada pun sifat-sifat Brahman antara lain :
          1. Sat: sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain di luar beliau
          Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan bermacam-macam bentuk, warna, serta sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan serta benda yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali pada Tuhan bila saatnya pralaya tiba. Tidak ada satupun benda-benda alam semesta ini yang tidak bisa bersatu kembali dengan Tuhan, karena tidak ada barang atau zat lain di alam semesta ini selain Tuhan.
          2. Cit: sebagai Maha Tahu
          Beliaulah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama, tetapi sumber segala pengetahuan. Dengan pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang dan berevolusi, dari bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang sempurna. Dari avidya (absence of knowledge- kekurangtahuan) menuju vidya atau maha tahu.
          3. Ananda
          Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka. Maya yang diciptakan Brahman menimbulkan illusi, namun tidak berpengaruh sedikitpun terhadap kebahagiaan Brahman. Pada hakikatnya semua kegembiraan, kesukaran, dan kesenangan yang ada, yang ditimbulkan oleh materi bersumber pula pada Ananda ini bersumber pula pada Ananda ini, bedanya hanya dalam tingkatan. Kebahagiaan yang paling rendah ialah berwujud kenikmatan instingtif yang dimiliki oleh binatang pada waktu menyantap makanan dan kegiatan sex. Tingkatan yang lebih tinggi ialah kesenangan yang bersifat sementara yang kemudian disusul duka. Tingkatan yang tertinggi adalah suka tan pawali duhka, kebahagian abadi, bebas dari daya tarik atau kemelekatan terhadap benda-benda duniawi.
          Dalam Kitab Suci Agama Hindu mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya ada satu Beliau maha besar maha tahu dan ada dimana-mana yang menjadi sumber dari segala yang ada di alam raya ini.Tetapi dalam manisfestasinya atau perwujudannya sebagai Tri Murti, Tuhan yang hanya stu di percaya mempunyai Tiga wujud kekuatan. Tri yang berarti Tiga dan Mukti yang berarti perwujudan, Tiga kekuatan atau kebesaran itu yang di maksu adalah :
          1. Tuhan sebagai maha Pencipta,dalam wujudnya sebagai pencipta Tuhan di beri nama Dewa Brahma,dikatakan sebagai maha pencipta karena Tuhanlah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, Dewa Brahma di simbolkan dengan aksara suci A (Ang)
          2. Tuhan sebagai maha pemelihara, Tuhan sebagai pemelihara yang melindungi segala ciptaanNya dalam manisestasinya sebagai pemelihara Umat Hindu menyebut Tuhan sebagai Dewa Wisnu, dan disimbolkan dengan aksara suci U (ung)
          3. Tuhan sebagai maha pemrelina, pemreline berasal dari kata pralina yang berarti kembali pada asalnya, pemrelina berarti mengembalikan kepada asalny yang disebut juga sebagai pelebur, Tuhan sebagai pelebur umat Hindu menyebut Tuhan sebagai Dewa Siwa,dan disimbolkan dengan aksara suci M (Mang)


          2.Atman ( Percaya akan adanya Sang Hyang Atma )
            Atma berasal dari  Hyang Widhi yang memberikan hidup kepada semua mahluk. Atma atau Sang Hyang Atma disebut pula Sang Hyang Urip. Manusia, hewan dan tumbuhan adalah mahluk hidup yang terjadi dari dua unsur yaitu badan dan atma.
            Badan adalah kebendaan yang terbentuk dari lima unsur kasar yaitu Panca Maha Butha. Di dalam badan melekat indria yang jumlahnya sepuluh ( Dasa Indria )
            Atma adalah yang menghidupkan mahluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus . atma yang menghidupkan badan manusia disebut “ Jiwatman “
            Badan dengan atma ini bagaikan hubungan Kusir dengan Kereta. Kusir adalah atma, dan kereta adalah badan. Indria yang ada pada badan kita tidak akan ada fungsinya apabila tidak ada atma. Misalnya, mata tidak dapat digunakan  untuk pengelihatan jika tidak dijiwai oleh atma. Telinga tidak dapat digunakan untuk pendengaran jika tidak dijiwai oleh atma.
            Atma yang berasal dari Hyang Widhi mempunyai sifat “ Antarjyotih “ ( bersinar tidak ada yang menyinari, tanpa awal dan tanpa akhir, dan sempurna ). Dalm kitab Bhagadgita disebut sifat – sifat atma sebagai berikut :
            -  Achodyhya        artinya tak terlukai oleh senjata
            -  Adahya              artinya tak terbakar oleh api
            -  Akledya             artinya tak terkeringkan oleh angin
            -  Acesyah             artinya tak terbasah oleh air
            -  Nitya                  artinya abadi, kekal
            -  Sarwagatah        artinya  ada dimana – mana
            -  Sthanu                artinya tak berpindah – pindah
            -  Acala                  artinya tak bergerak
            -  Sanatana                        artinya selalu sama
            -  Adyakta             artinya  tak terlahirkan
            -  Achintya                        artinya tak terpikirkan
            -  Awikara             artinya tak berjenis kelamin
            Jelaslah atma itu sifatnya sempurna. Tetapi pertemuan antara atma dengan badan yang kemudian menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam keadaan “ Awidhya “. Awidhya artinya gelap lupa kepada kesadaran . Awidhya muncul karena pengaruh unsur panca maha butha yang mempunyai sifat duniawi. Sehingga dalam hidup ini atma dalam diri manusia di dalam keadaan awidhya.
            Dalam keadaan seperti ini kita hidup kedunia bertujuan untuk menghilangkan awidhya untuk meraih kesadaran yang sejati dengan cara melaksanakan Subha karma. Menyadari sifat atma yang serba sempurna dan penuh kesucian menimbulkan usaha untuk menghilangkan pengaruh awidhya tadi. Karena apabila manusia meninggal kelak hanya badan yang rusak, sedangkan atmanya tetap ada kembali akan mengalami kelahiran berulang dengan membawa “ Karma Wasana “ ( bekas hasil perbuatan ). Oleh karena itu, manusia lahir kedunia harus berbuat baik atas dasar pengabdian untuk membebaskan Sang Hyang Atma dari ikatan duniawi. Sesungguhnya jika tidak ada pengaruh duniawi Hyang Widhi dan Atma itu adalah tunggal adanya ( Brahman Atman Aikyam ) 

            3. Karma ( Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala )
              Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini baik atau buruk akan memberikan hasil. Tidak ada perbuatan sekecil apapun yang luput dari hasil atau pahala, langsung maupun tidak langsung pahala itu pasti akan datang.
              Kita percaya bahwa perbuatan yang baik atau Subha karma membawa hasil yang menyenangkan atau baik. Sebaliknya perbuatan  yang buruk atau Asubha karma akan membawa hasil yang duka atau tidak baik.
              Perbuatan – perbuatan buruk atau Asubha karma menyebabkan Atma jatuh ke Neraka, dimana ia mengalami segala macam siksaan. Bila hasil perbuatan jahat itu sudah habis terderita, maka ia akan menjelma kembali ke dunia sebagai binatang atau manusia sengsara ( Neraka Syuta ). Namun, bila perbuatan – perbuatan yang dilakukan baik maka berbagai kebahagiaan hidup akan dinikmati di sorga. Dan bila hasil dari perbuatan – perbuatan baik itu sudah habis dinikmati, kelak menjelma kembali ke dunia sebagai orang yang bahagia dengan mudah ia mendapatkan pengetahuan yang utama.
              Jika dilihat dari sudut waktu, Karma phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
              -          Sancita karma phala
              Adalah hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Bila karma kita pada kehidupan yang terdahulu  baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula ( senang, sejahtera, bahagia ). Sebaliknya bila perbuatan kita terdahulu buruk maka kehidupan kita yang sekarang inipun akan buruk ( selalu menderita, susah, dan sengsara )
              -          Prarabda karma phala
              Adalah hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Sekarang menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain dan seketika itu atau beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima pahala, berupa kebahagiaan. Sebaliknya sekarang berbuat dosa, maka dalm hidup ini dirasakan dan diterima hasilnya berupa penderitaan akibat dari dosa itu.
              Prarabda karma phala dapat diartikan sebagai karma phala cepat.
              -          Kriyamana karma phala
              Adalah pahala dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Tetapi, akibat dari perbuatan pada kehidupan sekarang akan dan di terima pada kehidupan yang akan datang, setelah orangnya mengalami proses kematian serta pahalanya pada kelahiran berikutnya. Apabila karma pada kehidupan yang sekarang baik maka pahala pada kehidupan berikutnya adalah hidup bahagia, dan apabila karma pada kehidupan sekarang buruk maka pahala yang kelak diterima berupa kesengsaraan.
              Tegasnya cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Kita tidak dapat menghindari hasil perbuatan kita itu baik atau buruk. Maka kita selaku manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia. 

              4. Samsara/Punarbhawa ( Percaya dengan adanya kehidupan kembali )
                Samsara disebut juga Punarbhawa yang artinya lahir kembali ke dunia secara berulang – ulang. Kelahiran kembali ini terjadi karena adanya atma masih diliputi oleh keinginan dan kemauan yang berhubungan dengan keduniawian.
                Kelahiran dan hidup ini sesungguhnya adalah sengsara, sebagai hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma di masa kelahiran yang lampau. Jangka pembebasan diri dari samsara, tergantung pada perbuatan baik kita yang lampau ( atita ) yang akan datang ( nagata ) dan sekarang ( wartamana ).
                Pembebasan dari samsara berarti mencapai penyempurnaan atma dan mencapai moksa yang dapat dicapai di dunia ini juga. Pengalaman kehidupan samsara ini dialami oleh Dewi Amba dalam cerita Mahabharata yang lahir menjadi Sri Kandi.
                Selanjutnya keyakinan adanya Punarbhawa ini akan menimbulkan tindakan sebagai berikut :
                -          Pitra Yadnya
                Yaitu memberikan korban suci terhadap leluhur kita, karena kita percaya leluhur itu masih hidup di dunia ini yang lebih halus.
                -          Pelaksanaan dana Punya ( amal saleh ), karena perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah meninggal.

                Hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa

                Hukum karmaphala dan punarbhawa atau reinkarnasi mempunyai hubungan yang amat erat dan timbal balik, karmaphala merupakan hukum hasil perbuatan, bik buruknya perbuatan akan menentukan kuwalitas kelahiran manusia, demikian pula punarbhawa atau reinkarnasi akan berdampak bagi perbuatan seseorang. Dalam hal ini seseorang yang selalu berbuat baik dalam hidupnya dan bila dia meningal nanti maka rohnya akan mendapat tempat yang baik di akhirat atau di sorga. Dan bila dia lahir kembali atau berreinkarnasi lagi maka akan menjai hidup serba kecukupan dilingkungan orang baik-baik, tapi bila dalam kehidupan sekarang dia bertindak tidak baik maka setelah meninggal nanti rohnya akan masuk neraka, demikianlah subha dan asubhakarma yang menentukan hasil perbuatan atau karmaphala itu sangat mempengaruhi kehidupan jika kita mengalami punarbhawa dikelak kemudian hari.
                -          Berusaha menghindari semua perbuatan buruk karena jika tidak, akan membawa ke alam neraka atau menglami kehidupan yang lebih buruk lagi.

                5. Moksa ( Percaya dengan adanya kebahagiaan rokhani )
                  Moksa berarti kebebasan. Kamoksan berarti kebebasan yaitu bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari karma phala, bebas dari samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara. Karena telah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka alam kamoksam itu telah bebas dari urusan – urusan kehidupan duniawi, tidak mengalami kelahiran lagi ditandai oleh kebaktian yang suci dan berada pada alam Parama Siwa.
                  Alm moksa sesungguhnya bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di dunia ini, keadaan bebas di alam kehidupam ini disebut Jiwan Mukti atau moksa semasa masih hidup.
                  Moksa sering juga diartikan berstunya kembali atma dengan Parama Atma di alam Parama Siwa. Dialam ini tiada kesengsaraan, yang ada hanya kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam kehidupan di dunia ini ( Sukha tan pawali Duhka ).
                  Syarat utama untuk mencapai alam moksa ini ialah berbhakti pada dharma, berbhakti dengan pikiran suci. Kesucian pikiran adalah jalan utama untuk mendapatkan anugrah utama dari Sang Hyang Widhi Wasa. Hal ini dapat dibandingkan dengan besi yang bersih dari karatan, maka dengan mudah dapat ditarik oleh magnet. Tetapi besi itu kotor penuh dengan karatan maka sangat sukar dapat ditarik oleh magnet.
                  Moksa merupakan tujuan akhir yang harus diraih oleh setiap orang menurut ajaran agama Hindu. Tujuan tersebut dinyatakan dengan kalimat “ Mokharatam Jagadhita ya ca iti Dharma “.
                  Moksa sebagai tujuan akhir dapat dicapai melalui empat jalan yang disebut Catur Marga yang terdiri dari :
                  -          Bhakti Marga ( jalan Bhakti )
                  -          Karma Marga( jalan Perbuatan )
                  -          Jnana Marga( Jalan Ilmu Pengetahuan )
                  -          Raja Marga ( Jalan Yoga )

                  Tingkatan moksa sesuai dengan kondisi atman dalam hubungannya dengan Tuhan
                  1. Sampya yaitu moksa yang di capai semasa masih hidup di dunia, yang dapat di capai oleh para maharesi pada waktu melaksanakan yoga samadhi, sehingga dapat menerima wahyu dari Tuhan.
                  2. Sarupya yaitu moksa yang di capai semasa masih hidup dimana kedudukan Atman mengatasi unsur-unsur maya, misalnya Budha, Kresna, Rama, dan Awatara-awatar yang lainnya.
                  3. Salokya yaitu moksa yang dicapai oleh Atman setelah berada dalam posisi kesadaran yang sama dengan Tuhan, tetapi belum bisa bersatu dengan Nya, dalam hal ini Atman telah mencapai tingkatan Dewa.
                  4. Sayujya yaitu pada tahapan ini dimana Atman telah bersatu dengan Brahman, seperti apa yang disebut Brahman Atman Aikyam atau Atman dengan Brahman satu atau talah bersatu.

                  0 komentar:

                  Posting Komentar